20. Kita sebatas teman

235 25 2
                                    

Part 20 OMG!! akhirnya kemalasan saya terbalaskan dengan part ke-20. Vote dulu sebelum baca, ga maksa tapi memaksa /nyengir Kunti.

-Usai-

"Zi, coba liat ke sebelah kanan paling pojok." Zia segera mengalihkan pandangannya pada kursi paling pojok, disana terdapat beberapa pria bule dan tampan.

"Wih, ganteng." Gumam Zia.

Mereka berdua sedang berada di cafe, katanya sih mau coba sensasi di cafe Amsterdam, sama atau beda sama Indonesia.

"Yang pake Hoodie coklat, manis anjir. Apalagi pas dia senyum." Dinar cengar-cengir sendiri melihat pria berhoodie coklat itu.

"Tapi yang pake kaos abu-abu ganteng, tangannya aja berurat. Masyaallah."

Saat mereka sedang asik melihat pada segerombolan pria itu, salah satu dari mereka menatap ke arah Zia dan Dinar.

Sontak mereka berdua mengalihkan pandangannya seolah-olah sedang menatap langit.

"Cold ya Din." Ucap Zia ngasal.

"No, today so hot."

Pria yang menatap mereka terkekeh pelan, ada-ada saja.

"Masyaallah, jangan ketawa bang. Jantung saya jedag jedug."

Tak sesuai ekspektasi, segerombolan pria itu menghampiri mereka.

Deg

deg

deg

deg

deg

Jantung mereka berdegup kencang, perasaan gue ga ada penyakit jantung deh, gumam Zia.

"Hai." Sapa segerombolan pria itu.

"H-hai." Jawab Zia dan Dinar kaku, ga kuat liar wajah tampannya.

Pake bahasa Indonesia aja ya, translate nya rada error. Maklum, kalau author yang translate sendiri pasti acakan.

"Kami boleh bergabung?" Tanya salah satu dari mereka.

"Boleh." Lalu segerombolan pria itu duduk.

Awalnya hanya tersisa dua kursi, tapi yang lainnya mengambil kursi dari meja yang kosong, bayangin aja deh, meja nya satu, kecil.

"Kenapa kalian memperhatikan kami sedari tadi?" Tanya pria berhoodie coklat.

Pake bahasa sedikit baku aja biar berasa.

Dinar dan Zia saling bertatapan, seolah sedang memikirkan akan menjawab apa.

"Tadi kami sedang menatap langit yang diatas kalian, hehe." Jawab Dinar.

Ga jelas banget anjir jawabannya. Batin Zia.

Keempat pria itu mengangguk.

Lalu mereka melanjutkan percakapannya.

Jujur, author belum pernah bicara sama bule selain nanya nama, asal. Jadi ga tau mau ngasi topik apa.

-Usai-

"Kalian darimana aja?" Tanya Dania. Saat melihat Zia dan Dinar masuk ke apartemen.

"Tadi habis ke cafe Tan, mau liat-liat cafe Amsterdam." Jawab Zia.

"Ohh, gimana? Bagus?"

"Bagus banget, apalagi tadi ada-" Zia menatap Dinar seolah menyuruh untuk tidak mengatakannya.

USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang