35. Tuduhan

134 20 0
                                    

"Pasti karna Lo kan Liam meninggal?!" Tuduh putri pada Zia.

"HEH! LO KALO NGOMONG DI FILTER DIKIT!"

"Apa?! Gue udah filter! Pasti Liam meninggal karna Lo, soalnya kan Lo anggota baru di circle mereka."

Plak

"JAGA CONGOR LU YA! SAHABAT GUE GAK SEJAHAT ITU KALI, ANJING LO!"

Dinar menampar putri dengan kencang.

"BERANI LO NAMPAR SAHABAT GUE?!" Marah Lala.

"KENAPA?! LO GA TERIMA?!"

Plak

Dinar menampar Lala.

"Sekarang Lo sama dia impas."

Plak

Yeri menampar Dinar dengan kencang.

"WAH BANGSAT LO! ANJING!" Kesal Zia.

Zia meninju pipi Yeri dengan kencang hingga membuat darah keluar dari ujung bibirnya.

Yeri menangis Akibat tinjuan Zia, seluruh pengunjung kantin sedari tadi sudah menonton.

Biasanya Liam denger berita ini dari adek kelas, terus ngelerai gue. Batin Zia.

"ZIA, DINAR." Peto berteriak sebelum Zia kembali melayangkan tinjunya pada Yeri.

"Lo kenapa? Ngapain Lo mukulin dia?"

"Mereka nuduh gue yang buat Liam meninggal, emang bener ya? Gue nyusahin kalian ya?"

Peto menatap tajam pada sekumpulan wanita cabe itu, menatap putri, Lala dan Yeri dengan tatapan membunuh.

"Jangan pernah Lo nuduh yang enggak-enggak sama sahabat gue! Kalau sampai gue denger dan liat kalian semua ngelukain dan ngatain sahabat gue, siap-siap aja nyawa lo gue kasih ke tuhan!" Tegas Peto.

-usai-

Saat ini Brian sedang berada di pemakaman Liam, sengaja izin sekolah agar bisa bertemu dengan sahabat nya itu.

"Li, kenapa Lo cepet banget pergi? Lemah banget tau gak!"

"Kena penyakit jantung aja langsung tepar, bangun Lo! Ga gentle banget."

Brian diam, menepis rasa ingin meneteskan air matanya. Ia tak boleh lemah, ia harus buktikan pada Liam bahwa Brian yang dikenalnya benar-benar kuat.

"Cengeng banget Lo!"

Brian tersentak mendengar ucapan itu, siapa itu?

Brian membalikkan badannya, disana ia melihat Liam dengan pakaian putihnya, dan seperti ada sinar disekelilingnya.

Rintik hujan mulai turun, karna tadi Brian kesini langit sudah mendung.

"L-liam?"

"Kenapa? Lo kaget?"

"Gue merinding anjir!"

Liam terkekeh, "Inget pesan gue?"

Brian mengangguk.

"Mending Lo sekarang ke sekolah, adek-adek gue lagi berantem sama putri."

"Berantem kenapa?"

USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang