45. Tentang Kehilangan

132 9 0
                                    

Haru No Yuugure's NOTE : Sedikit curhatan dari Author. Hari Jum'at kemarin Author baru saja melakukan pemeriksaan kedua ke puskesmas. Dan sama seperti pemeriksaan yang pertama, Author diberi surat rujukan ke rumah sakit kota untuk pemeriksaan lebih lanjut. Mohon do'anya, yaa. Semoga semua baik-baik saja, dan semoga tidak harus ada drama OPERASI seperti sebelumnya. Bekas operasi bulan lalu bahkan belum sembuh sepenuhnya.😯😐 Okay, lupakan curhatan Author.😂🤣

And now, let's move on to the story!👇👇👇

"Tak mudah melepas sebuah kepergian. Terlebih kepergiaan yang tidak akan pernah lagi bisa kembali."

~Lily~

"Dan lagi-lagi penyesalan menjalankan tugasnya di akhir, saat rasa kehilangan akhirnya mendekapnmu erat."

~Risa~

==============================

"Sugar? Hey!"

Lily mengerjap beberapa kali setelah kesadarannya kembali kedalam raganya. Es buah sisa tadi siang sudah tersaji di atas meja namun malah dikacangin. Terlebih sang suami yang bernasib lebih miris—kehadirannya turut terabaikan. Seolah lamunan jauh lebih menarik bagi Lily daripada sosok suami tampan di sampinya, yang sejak tadi sudah bersiap menyuapinya yang entah mengapa mendadak manja sejak pagi tadi.

"Kenapa?" tanya Danish dengan suara yang teramat lembut. Suara khas yang mungkin hanya akan didengar oleh Lily.

Lily mencoba mengulum senyum. Berniat mengusir suasana tidak nyaman yang tanpa malu menyelinap ditengah-tengah mereka. Ada yang sedang tidak baik-baik saja dengan Lily—tapi coba ditutupi olehnya. Sayangnya Danish bukan suami bodoh yang tidak akan menyadari hal itu. Dia tahu sesuatu sedang mengusik ketenangan istrinya. Dan itu pasti ada kaitannya dengan permintaan ibunya siang tadi.

"Soal permintaan Mommy tadi siang?" tebak Danish.

Lily berniat mengelak, tapi percuma. Ia tahu, Danish selalu bisa tahu jika ia mencoba berbohong atau menutupi sesuatu. Jadi ide konyol itu jelas hanya akan berakhir percuma.

"Aku hanya ...sedikit ragu." Pada akhirnya Lily memilih untuk jujur.

"Ragu?" beo Danish.

"Iya. Jika kita mempunyai anak sekarang, aku ragu bisa menjadi istri dan ibu yang baik. Ditambah status aku yang juga masih mahasiswi. Menjadi istri yang baik saja aku belum bisa, bagaimana—"

"Kata siapa kamu belum bisa jadi istri yang baik, hmm? Bagiku, Sugar adalah istri terbaik untukku. Aku benar-benar beruntung karena bisa mempunyai istri seperti Sugar," potong Danish cepat. Dengan lembut ia merengkuh tubuh Lily yang sepertinya sedikit lebih berisi dari yang terakhir kali, dan ia baru menyadarinya sekarang.

"Kerjaanku hanya bangun, makan, tidur, dan menyusahkanmu. Apanya yang istri terbaik, Dan?"

"Jangan terlalu terbebani perihal anak. Aku tahu, rasa kehilangan kemarin masih membekas. Jadi, tidak perlu terlalu memaksakan diri, Sugar. Kita masih mempunyai banyak kesempatan jika sekarang kamu memang belum siap."

Lily mengeratkan pelukannya di pinggang sang suami. Tanpa malu air matanya mengalir begitu saja.

Tentang sebuah kehilangan. Memang benar rasanya teramat sakit. Padahal Lily sudah berjanji untuk ikhlas, tapi ternyata rasanya masih sakit hingga detik ini. Tak mudah melepas sebuah kepergian. Terlebih kepergiaan yang tidak akan pernah lagi bisa kembali.

WHAT IS LOVE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang