29

139 17 2
                                    

Happy reading !!!😉😊😙
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ! Please, support author with vote and comment !!!😉😉😙

Silahkan tambahkan cerita ini ke daftar bacaan/perpustakaan kalian, yaa !!😉😙

So let's move to the story !!!😉😉🤗😙

"Aku mendengarnya tapi aku pura-pura tuli. Aku melihatnya tapi aku pura-pura buta. Aku memahami segalanya tapi aku pura-pura bodoh. Dan untuk pertama kalinya aku berharap benar-benar menjadi orang bodoh. Agar aku tidak memahami apapun. Agar aku tidak memahami apa yang kini sedang kulihat dan kudengar !"

~Lily Rafanda Armando~


***
"Dek, noona pulang !" teriak Zahra.

*Noona : Kakak perempuan (panggilan laki-laki kepada perempuan yang lebih tua. Baik kakak kandung ataupun teman dekat).

Terdengar langkah kaki dari dalam berjalan mendekat ke arah pintu. Detik berikutnya pintu tersebut terbuka. Memperlihatkan sosok seorang pria tinggi tegap dengan wajah gagah di sana.

Lily membulatkan kedua matanya melihat pria itu. Pria bertubuh tinggi itu pun tak kalah terkejut melihat Lily di sana. Bagaimana Lily bisa ada di sana bersama kakaknya ?

"Lily ?"

"Riki ?"

Seru Lily dan Riki bersamaan. Keduanya saling menunjuk satu sama lain.

"Kamu kok bisa ada di sini ?" tanya Lily tak percaya.

"Harusnya aku yang tanya gitu, Ly ! Ini apartemen kakakku dan aku memang sering liburan ke sini" jelas Riki.

"Tunggu ! Kalian kenal ?" tanya Zahra.

"Iya, noona ! Ini loh yang sering aku cerita sama noona !" jawab Riki semangat.

Zahra mengangguk-angguk mengerti. Pantas saja tadi dia merasa tidak asing dengan nama Lily. Jadi memang benar dia perempuan yang sering Riki cerita.

Cantik !

"Cerita apa, Ki ?" tanya Lily.

"Ahh, bukan apa-apa kok. Ohh iya, ayo masuk Ly ?" Lily mengangguk kemudian mengikuti Riki dan Zahra.

Lily duduk di sofa ruang tamu sementara Rika ke dapur mengambil air minum. Zahra baru saja pamit ke kamar untuk bersih-bersih. Dia baru saja pulang kerja saat bertemu dengannya tadi.

Senyum Lily melebar melihat Riki muncul dengan nampan di tangannya. Pria itu ikut duduk di samping Lily. Tentu saja memberi jarak diantara mereka.

"Silahkan diminum, Lily !" Lily mengangguk.

Dengan rakus Lily meminumnya hingga tandas. Bahkan tidak tersisa setetes pun. Tak lupa mencomot roti yang juga disugukan Riki. Demi apa Lily kelaparan.

Wajar saja, sekarang jarum jam sudah hampir menunjuk angka 1 siang. Lily bahkan belum makan apapun hari ini. Semalam pun dia hanya makan sedikit. Rasanya lidahnya tidak cocok dengan menu di restoran yang mereka datangi tadi malam.

Riki yang melihat tingkah Lily mengerutkan keningnya heran. Lily terlihat kelaparan. Apa dia belum makan ?

"Apa kamu sudah makan ?" tanya Riki. Lily langsung menggeleng.

"Ayo ikut aku ke dapur ! Aku akan memasakkan sesuatu untukmu !" Lily mengangguk canggung.

"Ahh Riki, boleh kupinjam charger mu ?" tanya Lily lagi.

WHAT IS LOVE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang