Hay, semua!👋👋👋
Sudah lama bangat yaa tidak berjumpa dengan Lily dan Danish.😄
Maaf yaa baru muncul sekarang setelah sekian lama. Kemarin-kemarin Author benar-benar mau fokus dengan TA yang sudah lama tertunda karena pandemi. Dan Alhamdulillah tanggal 3 November kemarin Author sudah wisuda.🤗🤩
Now, let's move on to the story.👇👇👇
"Tentang sebuah kehilangan. Mungkin memang benar tertutupnya satu pintu bukanlah pertanda akhir dari sebuah kisah, melainkan awal dari kisah baru dengan alur yang lebih menakjubkan."~Lily & Danish~
=========================================
Langit sore seolah sedang bersedih kala Lily dan Risa keluar menuju parkiran kampus sebab Danish dan yang lain mungkin saja sudah menunggu mereka di sana. Langit gelap berhias awan hitam yang saling berkumpul seakan membentuk persekutuan, bersiap-siap menumpahkan tangisnya. Menciptakan suasana seolah-olah waktu telah beranjak malam padahal jam baru akan menunjukkan pukul empat sore.
Beberapa hari telah berlalu sejak putusnya Dika dan Risa. Tak banyak yang berubah sejak hari itu, hanya saja keduanya benar-benar tak pernah lagi saling melempar sapaan atau sekedar senyuman apalagi pulang bersama atau mengumbar kemesraan seperti biasanya. Dika dan Risa mendadak seperti dua orang asing yang tak pernah saling mengenal.
Anehnya, semua ikut berlagak seolah semua baik-baik saja. Seolah tidak terjadi apa-apa ditengah-tengah mereka. Mereka bahkan tak pernah sekali pun membahas atau sekedar menyinggung perihal permasalahan Dika dan Risa. Hal yang sukses membuat Risa kebingungan sekaligus bertanya-tanya. Karena ia sudah menebak akan mendapatkan serangan pertanyaan yang bertubi-tubi dari sahabat-sahabatnya mengenai kandasnya hubungannya dengan Dika. Tapi anehnya, baik Rayhan, Kevin, Reza ataupun Bagas yang notabenenya tidak bisa diam sama sekali tidak mengungkitnya.
Benar-benar aneh.
"Makan apa?" tanya Lily setibanya mereka di parkiran dan tanpa sengaja melihat Danish seperti sedang mengemut sesuatu.
"Permen."
"Mau ..." rengek Lily manja.
"Woy, Gas! Permem dari kantin tadi masih ada nggak?"
"Habis. Sudah gue bagi sama Rayhan, Reza, Kevin, Dika."
"Nanti kita beli di jalan aja, yaa. Nggak apa-apa, kan?" Danish mengelus puncak kepala Lily lembut.
"Tapi aku mau makannya sekarang, Dan." Lily masih merengek.
Entah hanya perasaan Danish atau itu memang benar bahwa akhir-akhir ini Lily-nya jadi lebih manja dari biasanya. Ini bukan kali pertamanya Lily merengek meminta sesuatu padanya. Bahkan tak jarang perempuan itu meminta menu makanan yang tak kenal waktu. Misalnya saja saat Lily ngotot ingin sarapan es kelapa muda beberapa hari yang lalu. Atau saat ia terpaksa bangun pukul 1 dini hari karena istrinya yang tiba-tiba ingin makan pisang goreng.
"Tapi, permennya—"
"Aku bilang aku mau sekarang," potong Lily cepat.
Ia kemudian menarik kerah baju Danish dengan kedua tangannya, membuat Danish mau tidak mau membungkukkan badannya hingga sejajar dengan Lily. Belum sempat tersadar dari keterkejutannya, Danish kembali dikejutkan dengan apa yang selanjutnya dilakukan Lily. Tanpa ragu gadis itu menempelkan bibirnya ke bibir Danish, lalu merebut permen dari dalam mulut suaminya hingga berpindah ke dalam mulutnya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IS LOVE?
Teen FictionHarap FOLLOW dulu sebelum baca.😊😉 Lily Rafanda Armando. Gadis cantik yang dikenal dengan kepintaran, dan segala sifat baiknya. Lily adalah gadis yang kalem dan cenderung pendiam. Ia kurang pandai dalam mencari teman baru. Karena itu, ia hanya memi...