46.Risa & Dika

131 10 1
                                    

Hay, semua!✋
Semoga hari kalian menyenangkan.🤗😚

Jangan lupa support Author dengan cara Vote dan komen. So let's move on to the story.👇👇👇

"Akan selalu ada penyesalan dalam cinta."

~Danish Luthfi Marq~

==============================

Di kediaman keluarga Dika.

Jam sudah hampir menunjukkan pukul sepuluh malam saat motor Danish memasuki halaman luas di kediaman keluarga Dika. Satpam yang sudah mengenal baik sahabat-sahabat tuan mudanya pun langsung mempersilahkan Danish masuk. Rumah mewah nan luas itu tampak sepi karena saat ini mungkin hanya dihuni oleh Dika dan pembantu. Kedua orang tuanya sepertinya belum kembali dari perjalanan bisnis ke luar negeri.

Danish memarkir motor besarnya asal. Toh, halaman rumah keluarga Dika cukup luas untuk bisa menampung banyak kendaraan. Dengan sedikit berlari-lari kecil Danish menuju pintu utama rumah-yang langsung dibuka sendiri tanpa harus melewati adegan memencet bel atau meminta izin kepada sang pemilik rumah terlebih dahulu.

Sepi seketika menyambutnya. Beberapa lampu di lantai dasar rumah itu bahkan sudah dipadamkan. Menandakan para penghuni sebagian besar telah bersiap-siap menuju alam mimpi.

Namun sesaat sebelum Danish menginjakkan kakinya di anak tangga menuju lantai dua, seorang wanita tiba-tiba muncul dari arah dapur-menghampirinya dengan tatapan penuh syukur sekaligus tatapan kekhawatiran disaat yang sama. Tangannya tampan sedikit bergetar memegangi nampan berisi menu makan malam yang tentu saja mampu menggugah selera. Mungkin karena umurnya yang mulai beranjak senja.

"Syukurlah, Tuan Danish datang," katanya. Membuat Danish sukses mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa, Bi?"

"Tuan Muda mengurung diri di kamar sejak kemarin. Tuan bahkan belum makan apa-apa sejak kemarin. Saya takut Tuan Muda kenapa-napa."

Benar saja. Sesuai dugaan mereka, terpuruknya Risa pasti ada kaitannya dengan Dika. Yang bisa ditebak, Dika pasti jauh lebih terpuruk dibandingkan Risa.

Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka?

"Yasudah. Sini, biar saya yang bawa ke kamar Dika. Sudah malam, sebaiknya Bibi istirahat."

Danish mengambil alih nampan dari tangan Bi Nuri. Ia tersenyum hangat-mencoba meyakinkan wanita itu bahwa Dika pasti baik-baik saja. Meski ia sendiri tidak yakin dengan itu. Fisik Dika mungkin memang baik-baik saja, tapi tidak dengan hatinya. Danish bisa membayangkan bagaimana hancurnya hati sahabatnya itu. Karena ia tahu bagaimana perjuangan Dika selama ini untuk bisa mendapatkan Risa.

Tok ...tok ...tok ...

"Dika. Ini gue, Danish. Buka pintunya, gue mau masuk!"

Tidak terdengar sahutan ataupun jawaban dari dalam sana. Suasana kamar itu tampak begitu tenang seolah di dalam sana sedang tidak ada penghuni.

Tangan Danish sudah terangkat-berniat menggedor pintu saat tiba-tiba pintu terbuka dari dalam. Memperlihatkan Dika dengan wajah kusutnya di sana. Matanya sayup dan penampilannya kacau. Sudah seperti tahanan rumah sakit jiwa yang melarikan diri.

Astaga.

"Ngapain lo ke sini nggak bilang-bilang dulu?"

"Memangnya sejak kapan gue harus bikin proposal dulu sebelum datang? Biasanya juga gue dan yang lain langsung datang-lo tau atau pun tidak."

WHAT IS LOVE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang