Happy Reading!😉😙🤗
"Pilihan memang selalu datang sepaket dengan konsekuensinya. Dan konsekuensi terberatnya adalah penyesalan. Pilihan - konsekuensi - penyesalan. Alurnya selalu seperti itu. Jangan serakah ingin memiliki segalanya, karena ending-nya pasti tidak akan baik."
~Rayhan, Bagas, Reza~
***
Pernah dengar kalimat seperti, "Hidup adalah pilihan"?Mungkin semua sudah tidak asing lagi dengan kalimat itu. Kalimat yang hampir bisa didengar setiap harinya. Dan salah satu orang yang selalu mengucapkan kalimat tersebut adalah dirimu sendiri.
Mungkin sebagai kalimat penyemangat atau mungkin saja sebagai kalimat hiburan. Penyemangat untukmu dalam memilih sebuah pilihan. Atau untuk menghibur hatimu karena seseorang lebih memilih melangkah pergi dari hidupmu.
Entahlah.
Karena pada kenyataannya, hidup memang adalah pilihan. Bahkan hadirmu di dunia ini pun tak lepas dari sebuah pilihan. Kau lahir ke dunia yang fana ini karena kau memilih untuk dilahirkan.
Seperti itulah hidup. Semua berjalan berdasarkan pilihan-pilihan kecil yang telah kau pilih. Tak ada pilihan yang tak membawa pengaruh. Tak ada pilihan tanpa membuat perubahan. Banyak hal luar biasa yang lahir dari sebuah pilihan kecil.
Terdengar suara deringan dari ponsel Lily. Membangunkan gadis itu dari tidurnya lelapnya. Dalam keadaan masih setengah tidur ia mencoba mencari-cari ponselnya. Tangannya meraba-raba sofa dimana ia sedang tertidur. Sayangnya, tangannya sama sekali tidak bisa menemukan benda pipih itu hingga suara deringannya menghilang.
Lily berniat melanjutkan tidurnya setelah tak lagi mendengar suara dari ponselnya karena merasa masih sangat mengantuk. Entah mengapa hari ini rasanya ia begitu kelelahan. Setelah makan siang dan sholat tadi ia bahkan langsung tidur.
Niat Lily untuk kembali memejamkan kedua matanya dan berkelana di alam mimpi seketika ambyar saat malah mendengar suara Danish. Sebenarnya bukan itu poin pentingnya, melainkan dengan siapa pria itu berbicara.
Lily seketika bangun, rasa kantuknya bahkan langsung lenyap tak tersisa. Ia menatap Danish dengan mata membulat. Pantas saja ia tidak bisa menemukan ponselnya, tenyata pria itulah pelakunya. Dia mengambil ponsel Lily dan menjawab panggilan yang masuk.
"Ngapain lo telepon istri gue?" tanya Danish untuk yang kedua kalinya.
Lily bahkan tidak perlu bertanya untuk bisa tahu siapa yang sedang meneleponnya.
"Apa itu Kevin?" tanya Lily dengan suara sedikit serak khas orang bangun tidur.
Danish berdecak kesal karena Lily bahkan bisa langsung menebak siapa yang menelepon. Menyebalkan. Danish menggerutu tanpa suara.
"Gue atau pun Lily itu sama saja, karena gue adalah suami Lily dan Lily adalah istri gue!" kata Danish dengan menekankan setiap kata-katanya. Seakan ingin membuat orang di seberang sana sadar bahwa ia tidak suka jika ada pria lain yang mendekati istrinya. Bahkan jika itu hanya sekedar menelepon saja.
Lily yang melihat sikap posesif Danish kumat hanya bisa menghembus napas panjang. Danish dan sikap posesfi adalah dua hal yang memang tidak akan pernah bisa dipisahkan.
"Dan, berikan ponselnya. Kevin mau bicara padaku, kan?"
Kali ini Danish bahkan sampai mengepalkan kedua tangannya emosi. Kenapa istrinya selalu bisa tahu apa yang Kevin inginkan. Danish benar-benar tidak suka. Ia ingin Lily hanya menatapnya. Danish ingin hanya ada dirinya dan tidak ada pria lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IS LOVE?
Teen FictionHarap FOLLOW dulu sebelum baca.😊😉 Lily Rafanda Armando. Gadis cantik yang dikenal dengan kepintaran, dan segala sifat baiknya. Lily adalah gadis yang kalem dan cenderung pendiam. Ia kurang pandai dalam mencari teman baru. Karena itu, ia hanya memi...