Setelah duduk di kursi barisan ketiga, Carel menatap jam tangan berwarna rose gold yang melingkar di tangan kirinya. Pukul setengah tujuh lewat sepuluh menit. Moodnya sudah jelek saja padahal ini masih pagi.
Penyebabnya? Carel sendiri tidak tau.
Dia sering kesal tanpa sebab dan pagi ini pun begitu. Jika punya pilihan untuk bolos maka Carel lebih memilih untuk bolos daripada duduk di tempat yang membosankan ini. Duduk mendengarkan materi, istirahat, kemudian pulang. Membosakan sekali.
Temannya yang duduk di bangku depan dia juga belum datang makanya dia makin kesal. Tidak ada yang bisa ia ajak bicara di kelas ini selain perempuan yang kini tengah berjalan lesu ke dalam kelas itu.
Gadis yang memakai sweter berwarna kuning cerah itu langsung melempar tasnya begitu sampai di meja. Setelah itu, dia duduk tanpa menyapa Carel yang sudah sampai duluan.
"Dia kenapa, sih?" dumal Carel. Melihat temannya yang tidak bersemangat membuatnya makin kesal.
"Sal! Saline!" Carel memanggil gadis itu sembari menyentuh punggungnya dua kali. Otomatis sang pemilik nama pun memutar tubuhnya ke belakang.
"Apa?" balasnya dengan lemas.
"Lo gak mau ngajak gue cabut?" tanya Carel tiba-tiba.
"Gue gak salah denger, nih?"
Wajar Saline bertanya begitu karena Carel termasuk anak yang rajin. Selain itu, dia sangat kompetitif di dalam kelas jadi, rasanya aneh ketika mendengarnya mau cabut.
"Habisnya gue kesel." Carel pun melirik bangku kosong yang ada di sebelahnya. "Gue udah ngosongin bangku ini for one week, but she never came!" kesalnya.
"Be patient, please! we know she will come to this school." balas Saline. "I mean, to this class." dia buru-buru meralat kalimatnya.
"Perasaan hari ini gak ada kelas english conversation, deh. Sok keren banget ngobrol pake bahasa inggris." sindir seorang gadis bertubuh pendek yang duduk di barisan sebelah Carel. Dia juga duduk di barisan ketiga. Jessi namanya.
Saline pun memutar bola matanya karena sebal. "Temen lo mulai lagi, noh!" dia menunjuk Jessi dengan jempolnya.
"I don't have a friend like that." balas Carel dengan tatapan matanya yang dingin.
Bel masuk kelas akhirnya bergema di seluruh ruangan. Alhasil, semuanya kembali ke tempat duduknya karena pelajaran akan di mulai. Tidak sampai sepuluh menit, guru yang akan mengajar pun masuk ke dalam ruang kelas ini dengan begitu semangat. Biasalah, namanya juga guru matematika.
"Selamat pagi!" ucap bu Prita.
"Pagi." balas semua murid di kelas ini kecuali Carel. Suasana hatinya masih buruk makanya dia tidak membalas sapaan dari wali kelasnya.
"Gimana? struktur organisasi kelasnya udah jadi?"
"Belum." balas anak-anak di kelas ini.
"Segera di buat, ya! kalian kan udah satu minggu jadi anak kelas sebelas masa ketua kelasnya belum ada." perintah bu Prita. "Siapapun ketua kelasnya, tolong nanti bimbing anak baru, ya!" lanjutnya.
"Anak baru?" Jessi berdecak sebal.
"Oh my god, she is finally come." kini Carel tersenyum miring.
Entah kenapa, Jessi penasaran ketika melihat Carel tersenyum. Dari sorot matanya, dia bisa tau kalau Carel kelihatan bersemangat. Apakah anak baru itu gebetannya Carel juga? mungkin saja. Dia kan dekat dengan banyak laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunately, I Found You
Teen FictionCarel selalu memegang teguh prinsipnya bahwa ia hanya akan menyukai laki-laki yang lebih tua darinya dengan status sosial yang sepadan dengannya. Namun, ketika sudah mendapatkan hal yang ia inginkan, justru Carel tiba-tiba tertarik dengan Jessen yan...