BAB 3 How About Us In The Past?

34 3 0
                                    

Di dalam hidupnya, Carel memiliki prinsip bahwa dalam sebuah hubungan harus ada keuntungan yang diberikan supaya hubungan itu tidak sia-sia. Sama seperti hubungannya dengan Gabri di setiap malam. Mereka melakukan kegiatan yang membuat tidur lebih nyenyak, makanya hanya dilakukan pada malam hari. 

Kegiatan itu adalah menyelesaikan tugas. Kalau tugas sudah selesai kan hati tenang dan tidur pun jadi nyenyak. 

"Jawaban lo di nomor empat apa, Gab?" tanya Carel kemudian menatap layar laptopnya. Dari layar tersebut ia bisa lihat pria berkaos hitam itu tengah serius menyelesaikan soal matematika yang ada di buku tugas.

Sampai sini sudah paham alasan Carel menerima Gabri untuk menjadi close friendnya?

"Jawabannya D." kata Gabri. 

"Bukannya A?" balas Carel. Meskipun Gabri lebih jago dalam pelajaran hitung-hitungan, tapi Carel tidak asal mengikuti jawabannya. 

"D tau!" Gabri yakin dengan jawabannya. "Coba itung lagi!" 

"Gue A." 

"Gua D." 

"Terus yang bener siapa?" 

Lantas keduanya pun terdiam. 

"Kalo gitu kita tanya guru les gua aja." Gabri pun meraih ponselnya yang berada di atas kasur kemudian memotret soal yang sedang dia dan Carel kerjakan. Biasanya guru les Gabri selalu siaga dan membalas pesannya tidak sampai dua puluh menit. 

"Fast respon, gak?" 

Usai mengirimkan soal ke guru lesnya, Gabri pun menatap layar ponselnya dengan serius. 

"Ini langsung di baca." jawab Gabri sembari menunggu pesan balasan. 

"Sambil nungguin kita lanjut ke nomor lima aja." ucap Carel dengan serius. 

"Gak mau." penolakan secara tiba-tiba itu pun membuat Carel langsung menatap layar laptopnya. 

"Biar waktunya gak kebuang sia-sia, Gabri!" tutur Carel.

"Maksudnya gak mau sekarang. Nanti aja tiga puluh menit lagi soalnya mau ngeliatin lo dulu." jelas Gabri.

"Ngeliatin gimana?" Carel pun meletakkan pensil yang ia pegang ke atas buku tugasnya. 

"Ngeliatin lo aja."

Carel pun tersenyum miring. "Aneh banget." 

"Habis ngelarin tugas, gua boleh ke rumah elo, gak?" 

"Nyari penyakit aja." ucap Carel dengan suara pelan. Papanya menjaga Carel dengan sangat ketat, bahkan Carel tidak diperbolehkan membawa laki-laki ke rumahnya kecuali kenal dengan papanya. Sejauh ini sih, Carel belum pernah mengajak teman laki-lakinya ke rumah karena alasan itu. 

"Ketemuan di tempat biasa aja." lanjut Carel.

"Emang papa lo udah di rumah?" 

"Udah. Emang mau ngapain sih ngajak gue keluar malem? mana udah pakai skincare."

"Pengen peluk." 

"Cuma itu?" 

Gabri pun mengangguk cepat dengan bibir yang sengaja dikerucutkan. Menggemaskan sekali temannya yang satu ini. 

Seketika ekspresi menggemaskan itu hilang ketika Gabri mendengar suara notifikasi dari ponselnya. Ia buru-buru mengecek benda bercasing hitam pekat itu dengan serius.

"Ngomong-ngomong, guru les lo udah bales atau belum?" tanya Carel. 

Tiba-tiba saja Gabri tersenyum miring dengan mata yang masih menatap pada objek yang sama. "Udah, nih." jawabnya.

Unfortunately, I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang