Langkah kakinya seketika terhenti di saat kedua matanya mendapati seorang laki-laki bersweter hitam yang sedang duduk di salah satu bangku meja makan. Laki-laki berusia awal dua puluh tahunan awal itu juga sedang menatap ke arahnya.
Jadi ini alasan papanya tiba-tiba menyuruh Carel datang ke dapur. Ia datang hanya untuk menemui yang sering membuatnya sedih ketika moodnya sudah diperbaiki oleh Gabri.
"Kamu abis dari mana?” Rayan bertanya dengan khawatir.
"Luar.”
Meskipun malas, Carel tetap melanjutkan langkahnya kemudian duduk di depan Rayan. Dia menghargai Rayan yang sudah rela meluangkan waktu ditengah kesibukannya hanya untuk bertemu dengannya malam-malam.
"Kesehatan itu nomor satu Care. Kamu jangan keluyuran kalo lagi sakit.” tegur Rayan.
"Gak usah sok perhatian.” batin Carel.
"Iya.” balas Carel.
"Malam ini aku nginep buat jagain kamu.”
"Gak perlu. Pulang aja kak! Aku bisa jaga diri sendiri. Lagipula kakak gak usah peduliin aku.”
"Aku gak mau ngeliat kamu kesakitan.”
"Bohong.”
"Cuma gak enak bada aja. Kak Rayan gak usah lebay.”
"Tetep aja aku gak bakal tenang.”
"Kak Rayan,”
"Ya?” balas Rayan antusias.
"Stop buat pura-pura peduli. Tunjukkin aja sifat kak Rayan kayak biasanya. Aku udah terbiasa sama sisi kakak yang itu. Rasanya aneh aja kalo kak Rayan tiba-tiba peduli. Kayak bukan kak Rayan yang aku kenal.”
Suasana seketika berubah jadi hening sebab keduanya tidak lagi bicara. Perkataan Carel barusan berhasil membuat Rayan terdiam dengan rasa bersalah yang cukup mengganggunya.
"Aku seburuk itu ya di mata kamu?” Rayan menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Itu tau.” kata Carel. "Aku tau kamu capek sama semua ini. Pura-pura suka sama orang juga pasti bikin kamu capek makanya aku mau bilang ke papa buat udahin semua ini.”
"Carel, asal kamu tau ya, aku ini gak pernah pura-pura suka sama kamu.” tegas Rayan. "Mungkin karena aku terlalu sibuk sama urusanku sampe kamu mikir kayak gitu.”
"Loh, emangnya kamu pernah suka sama aku secara tulus? Kan gak pernah. Selama ini kamu cuma ngomong doang, tuh. Gak ada buktinya.”
"Kasih aku kesempatan.”
"Gak perlu. Aku mau udahin semuanya sekarang mumpung ada kamu sama papa.”
"Tolong kasih aku satu kesempatan lagi.”
Entah untuk yang keberapa kalinya Carel menghela napas. "Yaudah.”
"Makasih Care. Aku bakal berusaha buat pertahanin hubungan kita.” Rayan pun tersenyum lebar.
"Kalo semisal nanti gak sanggup bilang aja, kak. Aku paham gak semua orang tahan sama sikap aku.”
……………
Suara ponsel yang berdering keras kembali membangunkannya di Sabtu pagi yang tenang ini. Sudah dua kali ia mendengar dering ponselnya, tapi Carel memilih untuk mengabaikannya sebab hari ini ia hanya ingin tidur.
"Gue gak mau bangun.” ucap Carel sembari merubah posisinya jadi ke kanan.
Lagi-lagi ponselnya berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunately, I Found You
TienerfictieCarel selalu memegang teguh prinsipnya bahwa ia hanya akan menyukai laki-laki yang lebih tua darinya dengan status sosial yang sepadan dengannya. Namun, ketika sudah mendapatkan hal yang ia inginkan, justru Carel tiba-tiba tertarik dengan Jessen yan...