BAB 33 Again, That's You

12 2 0
                                    

Jessen mengecek kembali barang-barang yang mereka dapatkan sebelum pergi ke pos selanjutnya. Sembari menunggu Jessen mengecek, Carel memandangi aliran air terjun yang ada di depan sana. Suaranya cukup kencang sebab air yang mengalir cukup deras.

Sebenarnya ini bukan salah satu tempat yang harus mereka datangi, tapi Carel penasaran sebab awalnya ia mendengar suara air yang mengalir deras. Ia ikuti suara tersebut hingga akhirnya menemukan surga tersembunyi di sini.

Awalnya Jessen menolak karena takut, tapi akhirnya dia tetap ikut. Setelah lihat apa yang ada di depan mereka, barulah Jessen tidak lagi takut karena dia ini masih ada di dunia nyata, bukan terbawa jin gaib seperti di pikirannya.

"Udah pas." Ucap Jessen yang duduk di sebelahnya.

"Oh, yaudah." Balas Carel tanpa beralih. Dia sedang menikmati sejuknya udara di sini hingga tidak ingin beralih sedikitpun.

Beda dengan Jessen yang pandangannya justru tertuju ke Carel. Bahkan, di sore hari dengan banyak aktivitas pun dia masih terlihat cantik. Ralat, dia selalu cantik dalam keadaan apapun. Namun, hari ini ia menemukan sisi lain Carel yang tidak ia duga. Selain cantik, dia juga berani. Tidak sepertinya yang pengecut.

"Kok lo gak takut, sih? Kita kan lagi di hutan udah gitu ke makam dan lo malah ngikutin insting buat pergi ke sini karena penasaran. Emang gak takut nyasar?"

"Kan gue gak sendiri. Ada lo." Ucap Carel.

Entah kenapa Jessen merasa ada kupu-kupu yang terbang di perutnya hingga membuatnya tersenyum malu.

"Ya... Meskipun lo gak berguna, at least gue gak sendiri kalo misalnya nyasar."

Baru saja terbang, sudah dijatuhkan saja.

"Gua berguna, kok." Jessen membela dirinya.

Carel pun menoleh ke Jessen. Ia menatap Jessen dari bawah hingga atas sebanyak dua kali kemudian mengalihkan pandangannya.

"Iya-iya, gua cuma ngebuntutin lo doang. Tapi kan gua nemenin biar lo gak sendirian." Jessen masih berusaha membela diri.

"Tentang Jiceline, lo beneran mau bantu atau cuma bikin gue penasaran aja?" Tanya Carel secara tiba-tiba.

Jessen pun terdiam. Hanya ada suara air di antara mereka sebab keduanya terdiam. Hingga pada akhirnya Carel pun kembali menatap Jessen dengan mata indahnya untuk meminta jawaban.

"Lo beneran udah gak papa kalo kita bahas tentang dia?" Tanya Jessen dengan pelan.

"I'm fine."

"No! You're not!" Tegas Jessen. "Bayangin kalo sekarang kita bahas dia dan tiba-tiba lo sesek lagi. Gua gak mau liat lo kayak waktu itu."

"Lo bisa peluk gue." Ujar Carel. "Kayak waktu itu." Lanjutnya.

Jessen pun mengalihkan pandangannya sembari menghela napas berat. Situasi ini cukup sulit untuknya.

"Ah, ternyata lo gak mau bantu gue." Ucap Carel kemudian mengalihkan pandangannya juga. Kini kedua matanya berkaca-kaca, tapi ia berusaha menahannya.

"Kenapa orang-orang gak ngebolehin gue tau tentang dia? Gua cuma mau tau aja keadannya sekarang, tapi semuanya ngerespon berlebihan. Termasuk gue sendiri." Kata Carel.

"Lo beneran gak mau bantuin gue, Jess?" Carel bertanya lagi.

"Bukannya gak mau bantu, tapi gua gak mau lo sedih."

"It's okay. Lagipula, selama ini kebahagiaan yang gue rasain semuanya semu." Ucap Carel. "Tapi kalo emang gak mau bantu gak papa. Gue gak mau maksa."

Unfortunately, I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang