Begitu Carel sampai di depan gerbang tinggi berwarna hitam, ia pun menghela napas. Dia sedang sebal dengan Jessen, tapi ketika pulang sekolah ia malah datang ke rumah ini.
Dia sampai membawa dua paket pizza yang lengkap dengan cola. Seniat itu.
"Kayaknya gak mungkin deh dia langsung pulang. Jessen kan anak tongkrongan." Tebak Carel.
Tak lama kemudian terdengar suara mobil yang tidak asing di telinga Carel. Lantas ia pun menoleh ke kiri untuk memastikan perkiraannya. Mobil sedan hitam yang melaju ke arahnya itu seketika membuat sudut bibirnya sedikit naik ke atas. Ternyata Jessen langsung pulang.
Laki-laki itu memarkirkan mobilnya di depan gerbang lalu keluar dengan seragam yang sama seperti Carel. Jessen tampak kebingungan sekaligus salting melihat perempuan yang kini ada di hadapannya.
"Lo?" Jessen menahan kalimatnya. "Kenapa gak pulang bareng aja kalo mau ke sini?" Ujarnya dengan semangat.
"Gue baru kepikiran ke sini pas di jalan." Jawab Carel. Ia pun memberikan dua bungkus pizza yang ada di tangan kirinya ke Jessen supaya barang bawaannya hanya dua gelas cola.
"Yuk masuk!" Ajak Jessen dengan sumringah.
"Lo gak nongkrong?" Tanya Carel sembari masuk ke pekarangan rumah Jessen.
"Enggak. Gua gak suka nongkrong." Kata Jessen.
Sontak Carel pun menole ke Jessen dengan tatapan tidak percaya. "Masa iya?"
"Gua nongkrong cuma buat tebar pesona." Balas Jessen.
"Dih." Celetuk Carel dengan nada judes.
Sembari menekan kode sandi pintu rumahnya, ia pun menambahi, "Kirain kalo dapet validasi dari cewek lain bisa bikin gua ngerasa keren, tapi ternyata itu malah bikin gua keliatan norak."
Setelah itu, ia pun membukakan pintu supaya Carel masuk duluan.
"Syukur deh lo sadar." Ucap Carel sebelum masuk ke dalam.
Usai ia dan Jessen masuk ke dalam, laki-laki itu menutup pintu dengan hati-hati. Carel langsung duduk ke sofa sedangkan Jessen ke dapur untuk mengambil air dingin dan dua buah gelas. Baru setelah itu ia menghampiri Carel di ruang tamu.
Seolah rumah sendiri, Carel mengeluarkan sebuah buku gambar berukuran besar dari tasnya dan juga pensil warna. Ia meletakkan dua benda tersebut di atas meja lalu ia sendiri duduk di bawah.
"Gua penasaran deh, lo ke sini cuma mau mampir atau gimana?" Ucap Jessen sembari meletakkan segala barang bawannya ke atas meja.
"Gue mau mewarnai."
Alhasil Jessen pun langsung menatap Carel.
"Beneran?"
"Apa dari barang bawaan gue ini keliatan becanda?" Ucap Carel.
Jessen takjub dengan effort Carel yang beneran seniat itu mau mewarnai. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kalau Carel datang ke rumahnya membawa peralatan gambar sendiri. Effortnya tidak main-main bahkan, sampai membawa makanan segala!
Jessen pun menuangkan air ke dua gelas tersebut lalu duduk di sebelah Carel. Senyum dari wajahnya makin jelas apalagi saat ini.
"Kan gue udah bawa cola. Lo ngapain bawa minum lagi?" Tanya Carel.
"Percuma beli cola. Lo kan orangnya gak bisa kalo gak minum air putih. Ujung-ujungnya nyari air putih juga." Ucap Jessen.
"Iya juga, sih." Kali ini gantian Carel yang tersenyum. Ternyata Jessen tau tentang hal itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunately, I Found You
Teen FictionCarel selalu memegang teguh prinsipnya bahwa ia hanya akan menyukai laki-laki yang lebih tua darinya dengan status sosial yang sepadan dengannya. Namun, ketika sudah mendapatkan hal yang ia inginkan, justru Carel tiba-tiba tertarik dengan Jessen yan...