Dua tahun lalu...
Ternyata seperti ini menjadi Jiceline. Tidak ada yang memedulikannya, bahkan ia duduk sendiri di pojok paling belakang. Orang-orang memalingkan pandangan mereka dan tidak ada yang menegurnya ketika sampai di kelas.
Kehidupan kembarannya sangat berbeda darinya. Bisa dibilang berbeda sampai seratus delapan puluh derajat.
Jangankan sampai di kelas, biasanya akan ada orang sok akrab yang menyapanya ketika ia sampai di gerbang sekolah. Tidak seperti ini. Dia baru tau kalau kembarannya ini tidak terkenal sepertinya.
"Gue udah siap-siap mau lomba, tapi kepsek bilangnya gue gak bisa ikut lomba itu. Lo tau gak, kenapa?" ujar perempuan berjaket abu-abu yang berjalan ke arah Carel. Dia datang dengan tiga temannya.
Matanya yang tajam, menatap ke arah Carel yang kala itu tengah mengeluarkan buku-bukunya dari tas ke atas meja.
"Gue rasa sih anak ini." perempuan bernama Grace itu melirik ke Carel. Dia dan teman-temannya pun berhenti di sebelah meja Carel.
"Enak kali ya jadi anak orang kaya. Bisa nyogok sekolah." balas temannya Grace.
"Karena gue lagi berbaik hati-"
"Minggir dong! Pada ngapain sih di sini." celetuk Carel.
Alhasil Grace pun menjambak rambut panjang Carel dengan kasar hingga mereka bertatapan. Wajah Grace yang seperti iblis, membuat Carel ngeri hingga ia meludahi wajah gadis itu agar berpaling dari pandangannya.
Tentu saja Grace langsung mengusap wajahnya yang dicudahi Carel sekaligus melepas jambakannya.
"Wah, lo kurang ajar, ya!" balas salah satu teman Grace yang memakai pakaian super ketat.
"Temen lo duluan yang tiba-tiba jambak rambut gue." balas Carel seraya merapikan rambutnya.
"Kali ini gue biarin lo menang karena kasian. Biasanya kan lo kalah dari gue." cibir Grace.
"Apa, sih." dumal Carel. Dia tidak paham dengan apa yang gadis itu katakan.
"Gue belum sarapan. Beliin gue roti kayak biasa dong." titah Grace. "Tiga bungkus, ya!"
"Jangan lupa sekalian buat kita sama minumnya juga." sahut temannya Grace.
Daripada menjawab, Carel justru terdiam dengan pandangan melihat ke arah lain. Hal itu jelas membuat Grace sebal karena diabaikan. Saking sebalnya sampai dia menggebrak meja ini dengan tatapan yang mata yang melotot.
"Hari ini gue udah cukup sabar ya, hadepin lo!" omel Grace.
"Mending sikat gigi dulu deh, baru ngomong. Mulut lo bau sampah." celetuk Carel.
Celetukannya berhasil membuat orang-orang yang ada di kelas ini terkikik dan menatap Grace dengan remeh. Baru kali ini dia liat Jicel berani melawan perkataannya.
"Ada angin apa nih, tiba-tiba lo jadi sok berani?" ucap Grace.
"Ngomong apa, sih." Carel memutar bola matanya.
"Gue cuma nyuruh lo ke kantin doang beliin sarapan buat gue sama temen-temen gue, emang susah?!" bentak Grace.
"Dia lagi gak punya duit kali, Grace." sahut temannya Grace.
"Segitu miskinnya kah, kalian, sampai nyuruh gue buat beli sarapan?"
Grace pun berdecak. "Jadi lo gak mau?"
"Ya gak mau, lah! Gila kali."
"Niatnya gue mau coba berbaik hati sama lo, tapi lo malah ngelunjak."
"Gak perlu, be yourself aja. Gak usah sok baik, gak pantes." ceplos Carel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunately, I Found You
Genç KurguCarel selalu memegang teguh prinsipnya bahwa ia hanya akan menyukai laki-laki yang lebih tua darinya dengan status sosial yang sepadan dengannya. Namun, ketika sudah mendapatkan hal yang ia inginkan, justru Carel tiba-tiba tertarik dengan Jessen yan...