"Ada masalah sama gua?” Gabri menatap gadis di hadapannya dengan serius. Ia berdiri dengn kedua tangannya berada di dalam saku celana.
"Gak ada.”
"Terus kenapa lo jauhin gua? Kita bahkan jarang zoom sama sleep call lagi. Jujur aja Care, gak papa. Lo bosen, kan?”
Carel pun menatap Gabri yang kala itu melihatnya dengan tatapan sendu. Rasanya jahat kalau Carel terus-terusan seperti ini. Dia hanya memikirkan dirinya yang sedang bingung tanpa memikirkan orang lain yang ada di sekitarnya seperti Gabri.
"Gak ada alasan khusus. Dari awal kan kita emang gak ada apa-apa. Jadi, lo gak perlu nyariin gue ketika gue ngilang.”
Gabri pun berdecak. Smirknya justru membuatnya agak menyeramkan, tapi berkarisma di waktu yang bersamaan.
"Tau gak, semakin lo ngejauh justru gua bakal makin semangat buat ngejar lo.” kata Gabri.
"Really?”
"Yes, cause you are mine!” tegasnya.
"Dari awal sampai sekarang kita gak ada omongan semacam itu. Lagipula gue lebih nyaman kita tanpa status gini.”
"Biar lo bisa pergi seenaknya?”
Deg.
Carel terdiam tanpa jawaban.
"Care, emangnya lo mau nyari yang kayak gimana lagi? Emangnya gua masih kurang buat lo?”
"So far sih enggak. Gue cuma butuh ruang aja buat diri sendiri.”
Tiba-tiba saja Gabri membawa tubuh tinggi Carel ke dalam dekapannya. Keduanya sama-sama terdiam. Carel terdiam karena terkejut sedangkan Gabri terdiam karena merasa bersalah. Dia merasa bersalah karena selalu ingin berada di sisi Carel, tapi lupa bahwa Carel juga punya dunia sendiri. Dunia yang tidak semuanya harus Gabri ketahui.
"Sorry.”
"For?”
"Wasted your time.”
"Gab,”
"Yes?”
"I need a space.” Carel pun melepaskan pelukan Gabri dengan lembut. "Dalam dua hari let's see apakah kita emang butuh satu sama lain atau cuma sekedar temen ngobrol. Setuju?”
Gabri menghela napas berat. Kepalanya tertunduk karena dia tidak setuju sama sekali. Namun, dia juga tidak bisa egois.
"Satu hari aja gimana?”
"Gab, let's try for two days.”
"Gak bisa, Care.” Gabri pun menatapnya kembali. "Belakangan ini aja, gua overthingking kenapa lo kayak gini. Kalo kita gak komunikasi dua hari kayaknya gua gak bakal tenang.”
"Just try.” pungkas Carel.
…………
"Kok ada suara ombak, ya?” tanya Rayan lewat telpon.
Carel yang mendengarnya pun tersenyum kecil. "Aku lagi di pantai.”
"Kamu ke sana sendiri?”
"Iya.” jawabnya sembari berjalan sendirian di tengah hamparan pasir yang luas.
Pandangannya kini tertuju ke depan yang kala itu menampilkan pemandangan indah dari langit yang menguning di sore hari. Rasanya nyaman
"Jangan bilang kamu mau renang di jam segini.”
"Enggak, kak. Aku gak berani renang sendirian.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunately, I Found You
JugendliteraturCarel selalu memegang teguh prinsipnya bahwa ia hanya akan menyukai laki-laki yang lebih tua darinya dengan status sosial yang sepadan dengannya. Namun, ketika sudah mendapatkan hal yang ia inginkan, justru Carel tiba-tiba tertarik dengan Jessen yan...