Sebelum salah ambil langkah, Jessen hendak menemui Saline untuk membicarakan tentang Carel. Kejadian pada waktu itu membuatnya merasa bersalah sebab main ambil keputusan seenaknya. Oleh sebab itu, ia ingin bicara dulu dengan Saline solusinya bagaimana. Mereka sepakat bertemu usai pulang rapat eskul.
Jessen menunggu Saline di dalam mobilnya yang kini terparkir di parkiran Mc Donalds. Saline yang memintanya untuk menunggu di sana. Mungkin agar tidak ada orang yang lihat mereka karena banyak paparazi di sekitar Jessen. Ribet kalau Saline dan Jessen masuk di base sekolah.
Lima menit berlalu sejak Jessen memarkirkan mobilnya di sini. Tampak dari kejauhan ada perempuan yang memakai rok cokelat dengan hoodie abu-abu yang tengah berjalan ke arah sini. Akhirnya Saline datang juga.
"Sorry nunggu lama." Ucap Saline setelah masuk ke dalam mobil.
"Gak kok, santai aja." Balas Jessen.
"Mau ngomongin apa?"
"Kak Carel udah inget Jicel kembaran dia?" Tanya Jessen.
"Bukan inget, tapi pas waktu itu kumpul ada kejadian." Saline pun menceritakan kejadian itu ke Jessen supaya tidak kaget.
"Oh. Kak Carel sempet nelpon gue terus minta bantuan nemuin Jicel."
"Terus lo bantu?"
Dengan kecewa, Jessen pun menggeleng pelan.
"Syukurlah." Saline menghela napas lega.
"Terus sekarang gua harus gimana?"
"Gak usah lakuin apa-apa."
Jessen agak kaget dengarnya. "Serius?"
Saline pun mengangguk cepat. "Gue sama Ashley lagi nyurigain satu orang yang bikin Carel inget tentang Jicel."
"Hah? Emang ada?"
"Ya makanya gue lagi nyari tau. Ini orang kok bisa tau Carel punya kembaran. Udah gitu, gue mau tau alasan dia terus-terusan bikin Carel inget tentang Jicel."
"Lo gak nyurigain gua, kan?" Jessen pun menyernyit.
"Sejauh ini enggak."
"Emang siapa yang lagi lo curigain?"
"Lo gak perlu tau. Pokoknya lo bersikap biasa aja."
"Pas kak Carel cerita tentang Jicel, dia udah gak sesek kayak waktu itu. Sekarang kondisinya udah mendingan, ya?"
"Carel?" Saline bingung. Waktu itu ketika pelayan menyinggung tentang Jicel, respon Carel tidak separah sebelumnya. Dia terlihat tenang meskipun akhirnya melarikan diri dari situasi.
"Pas dia ngehubungin gua, dia gak sesek kayak kemarin."
"Mungkin emang udah baikan aja. Dia kan belakangan ini gak boleh keluar malem sama papanya. Bisa jadi karena kondisi kesehatan."
"Dia juga sempet sih, bilang ke gua gak boleh keluar malem sama papanya."
"Carel bilang begitu?" Saline bertanya untuk memastikan kembali.
"Iya."
"Lo ngajak dia jalan atau gimana?"
"Ha?" Seketika Jessen berubah jadi membatu. Isi kepalanya mendadak kosong seolah dia memang tidak boleh mencari alasan untuk berbohong.
"Ya... Gak juga, sih. Dia cuma bilang gitu aja."
"Carel gak mungkin bilang gitu tanpa alasan."
"Fokus aja sama masalah kak Carel yang sekarang. Terus gua harus gimana?" Ucap Jessen dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunately, I Found You
Fiksi RemajaCarel selalu memegang teguh prinsipnya bahwa ia hanya akan menyukai laki-laki yang lebih tua darinya dengan status sosial yang sepadan dengannya. Namun, ketika sudah mendapatkan hal yang ia inginkan, justru Carel tiba-tiba tertarik dengan Jessen yan...