Sebelum lanjut ke acara selanjutnya, mereka diberi waktu selama satu jam untuk makan dan istirahat. Kalau Carel sih sedang tidak nafsu makan makanya dia mengurung diri di dalam tenda. Dia duduk memeluk kedua kakinya sambil termenung.
Alasannya? karena tadi kepergok oleh Saline dan Gisa. Kalau Saline sih tidak masalah, tapi yang membuatnya malas adalah Gisa. Takutnya Gisa dengan sengaja membicarakannya ke orang lain dan itu bukan sesuatu yang bisa di bilang tidak apa-apa.
Seketika terlintas sesuatu di kepalanya. Carel pun bangkit lalu keluar dari tendanya dengan cepat. Namun, ketika keluar, ia berpapasan dengan Saline dan Ashley yang tengah membawa kotak. Saline membawa dua kotak sedangkan Ashley membawa satu kotak.
"Ini makanan lo udah kita ambilin. Gak perlu ke panitia." ucap Saline.
"Ayo masuk." ajak Ashley.
"Kalian duluan aja." balas Carel sembari memakaikan sepatu ke kaki kanannya. "Ada yang mau gue urus." lanjutnya kemudian melangkah pergi.
Namun, di langkah kedua, ia berbalik lalu bertanya, "Kalian liat kak Gisa, gak?"
............
"Lo gak makan?" tanya Gisa sembari memberikan sebotol susu rasa kurma. Setelah itu, ia duduk di sebelah Carel.
"Enggak, nanti aja." ucap Carel. "Anyway, makasih." ucapnya lalu meneguk sedikit minuman ini.
Tiba-tiba Gisa pun menatap wajah Carel dari depan. Jujur Carel terkejut sampai terbatuk kecil soalnya lihat wajah Gisa sedekat itu. Tentu bukan tanpa alasan Gisa melakukannya.
"Muka lo serius banget." Gisa berusaha mencairkan suasana.
"Ah, keliatannya begitu, ya?" Carel pun menyentuh kedua pipinya secara bergantian dengan punggung tangan.
"Kenapa? panas ya muka lo?"
"Sedikit."
"Padahal sekarang dingin, loh!"
"Mungkin gue gerah karena sore ini belum mandi." balas Carel sebagai alasan.
"Iri deh. Lo gak mandi aja tetep cantik. Gak dekil sama sekali. Beda sama gue." ucap Gisa.
"Eum, kak, gue boleh langsung ke intinya aja, gak?" tanya Carel agak canggung.
"Boleh-boleh. Mau ngobrolin apa, tuh?"
"Soal tadi," Carel pun menoleh ke kanan dan kiri. "Masalah di tenda itu lo jangan ceritain ke siapa-siapa, ya!"
"Oh, itu. Oke."
"Jangan cerita ke kak Reya juga. Pokoknya lo gak boleh cerita ke siapapun. Cuma lo sama Saline aja yang tau."
Gisa pun mengangguk pelan. "Gue anggap, tadi gak ngeliat apa-apa jadi, lo santai aja. Gak perlu sepanik ini." ucapnya dengan tujuan menenangkan Carel.
"Bagus, deh." Carel tersenyum kecil.
"Wajar kok, lo ngerawat dia. Orang dia udah nyelametin lo. Mungkin yang bikin lo khawatir itu pandangan orang lain tentang kalian. Lo takut dikira ngapa-ngapain sama 'dia' soalnya ya saat itu dia lagi gak pakai... ya gitu deh. Iya gak, sih? atau gue salah kira?"
"Salah satunya kayak gitu. Lo tau lah, omongan orang kayak gimana. Gue gak suka aja denger cerita buruk tentang gue." kata Carel.
"Iya, paham, kok. Pokoknya gue anggap gak ngeliat apa-apa." kata Gisa. "Cuma gue anehnya kok seorang Carel mau ngurusin orang lain kayak pacarnya sendiri."
"Gue nganggap dia kayak adik, bukan pacar, kak. Tolong diingat, ya!" bantah Carel.
"Oh, oke-oke. Santai! gue bakalan inget, kok." kata Gisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunately, I Found You
Teen FictionCarel selalu memegang teguh prinsipnya bahwa ia hanya akan menyukai laki-laki yang lebih tua darinya dengan status sosial yang sepadan dengannya. Namun, ketika sudah mendapatkan hal yang ia inginkan, justru Carel tiba-tiba tertarik dengan Jessen yan...