Carel memandangi dirinya lewat cermin yang ia pegang di tangan kirinya. Barusan ia mengaplikasikan liptint berwarna coral ke bibirnya agar terlihat segar. Meskipun sudah pulang sekolah, ia tetap harus terlihat oke untuk menjaga kepercayaan dirinya.
"Am i pretty?” ucapnya lalu menatap ke Saline kemudian Ashley.
"Yes, maam.” balas Saline.
"Cantik.” balas Ashley.
"Lo gak nanya pendapat gua, Care?” sahut Juna yang sedang menyapu lantai.
Di kelas ini tersisa mereka berempat dan dua orang lainnya yang sedang ada jadwal piket.
"Gak perlu.” balas Carel. "Gue duluan, ya!” ucapnya kemudian bangkit dari kursi lalu memakai tasnya ke punggung.
"Lah, elo gak pulang bareng kita?” Ashley terkejut.
"Enggak.”
"Emang kurang ajar si Carel. Udah ditungguin malah maunya pulang duluan.”
"Gue mau mampir dulu ke suatu tempat. Masa iya kalian ikut?” balas Carel.
"Emang kenapa kalo kita ikut?” Ashley bingung.
Saline yang paham pun menambahi, "Lo gak peka banget sih, Shley.”
"Duluan, ya!” kata Carel kemudian berlalu.
"Gua mau ikut dong, Care.” kata Juna.
"Gak usah ngaco!” ceplos Carel seraya berjalan melewatinya.
…………
Sebagai permintaan maafnya karena membatalkan janji secara sepihak, Carel mengajak Gabri untuk bertemu di sebuah cafe. Tujuannya untuk membalas waktu yang harusnya kemarin mereka habiskan bersama.
Carel meletakkan sebuah notes yang telah ia buat ke depan Gabri. Setelah itu, ia melihat ke arah luar lewat dinding kaca di sebelahnya sembari memainkan sedotan yang ada di dalam gelasnya.
"Ini udah lengkap?" Gabri bertanya dengan pandangan menatap perempuan yang ada di depannya.
"Udah." balas Carel singkat.
"Beneran udah?"
Merasa diragukan, Careline pun menatap laki-laki yang berponi belah tengah itu. "Udah, lah. Mana pernah gue ngasih lo catetan yang belom lengkap?"
Gabri pun menyengir. Dia juga tau akan hal itu, tapi sengaja bertanya agar fokus Carel tetap kepadanya dan kebetulan caranya berhasil.
"Hari ini lo sibuk, gak?" tanya Gabri seraya memasukkan notes bercover ungu itu ke dalam tasnya.
"Enggak. Kalo sibuk kan gak mungkin kita belajar bareng di sini." jelas Carel.
"Iya juga, ya." Gabri senyum-senyum sendiri.
"Hari ini lo kenapa, sih?"
"Gak tau, nih. Bawaannya salting terus."
"Kok bisa?"
"Biasanya sih kayak gini karena berhadapan sama cewek yang gua suka."
Senyum tipis itu pun muncul dari wajah Carel. "Apa, sih." dia juga ikutan salting.
Meskipun Carel salah tingkah juga, ia menyembunyikannya lewat pura-pura mengeluarkan bukunya yang lain dari tas supaya tidak ketahuan. Dia tidak ingin Gabri memergoki senyumnya yang makin lebar sebab akhirnya Gabri akan meledeknya habis-habisan. Kalau Gabri yang meledek, sudah pasti Carel tidak bisa mengontrol dirinya sebab ia bisa berubah jadi lebay dalam seketika. Namanya juga cewek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunately, I Found You
Teen FictionCarel selalu memegang teguh prinsipnya bahwa ia hanya akan menyukai laki-laki yang lebih tua darinya dengan status sosial yang sepadan dengannya. Namun, ketika sudah mendapatkan hal yang ia inginkan, justru Carel tiba-tiba tertarik dengan Jessen yan...