"Tujuannya apa ya lo nyebarin itu di base?”
Terasa sekali perubahan suasana di antara mereka yang tadinya hangat seketika menjadi dingin. Carel menatap Gabri dengan serius, begitupula dengan Gabri.
"Menurut lo, kenapa gue sebarin itu?” Gabri bertanya balik.
"I just wanna hear your answer! Why?!” Carel geram.
"Itu cuma peringatan kecil buat Jessen.” jawab Gabri.
"Just for him?”
"Yes.”
"Coba deh lo baca komentarnya. Gak ada yang ngatain Jessen justru gue yang dihujat.”
"Emang ada yang nyebut nama lo?”
Carel sempat terdiam sebentar. "Gak ada, tapi lama kelamaan orang bakal tau.”
"Gua gak bakal biarin orang-orang tau karena targetnya Jessen, bukan lo!” tegas Gabri dengan nada bicara yang sedikit naik. "Lagian mau sampai kapan lo peduli sama omongan orang?”
"Nama gue bakal jelek kalo orang-orang tau gue ngelakuin itu sama Jessen dan mungkin gue dicap murahan.”
"Care,” Gabri menghadapkan kepala Carel ke arahnya supaya gadis itu menatapnya. "Murahan itu karena kamu mau sama dia, bukan karena coincidence.” jelas Gabri dengan lembut.
"Kalo tau itu coincidence, kenapa lo gak nolongin gue supaya keluar dari mobil itu?!”
"Gua tau lo bisa ngatasinnya. Gua juga ngikutin dari lo nganterin Jessen sampai pulang ke rumah pake mobilnya. Kalo emang mau sama dia, pasti lo nginep apalagi tau dia dalam keadaan mabok.”
"Tapi tetap aja, lo jahat!” Carel menyingkirkan kedua tangan Gabri dari pipinya.
"Dengan lo sebarin di base apa itu bikin Jessen ketar-ketir? Kan enggak! Dia biasa aja dan bahkan gak ngaruh apa-apa. Justru orang-orang malah muja dia instead ngehujat. Kalo mau bertindak tuh dipikir-pikir dulu!” omel Carel. Setelah itu, ia mengalihkan pandangannya sesaat sembari menahan air matanya yang hampir saja tumpah.
"Lo mana paham gue udah berusaha ngelupain itu terus tiba-tiba lo sebarin fotonya di sosial media.” lanjut Carel.
……………
Sejak kejadian semalam, Gabri terus-terusan menghubunginya untuk minta maaf, tapi Carel tidak mau menerima maafnya. Mungkin lebih tepatnya belum mau soalnya dia masih kesal. Meskipun Gabri bilang akan pasang badan jika ada yang tau, tetap saja Carel masih kesal. Rasa kesalnya ini terbawa hingga sampai ke sekolah.
Carel berjalan di lorong sendirian dengan tangan yang tersilang di depan dada. Pokoknya hari ini Carel tidak ingin lihat Gabri!
"Lo kenapa sih kak tiba-tiba jauhin gua?”
Suara yang familiar itu sontak membuat langkahnya terhenti. Ternyata di depan kelasnya sedang ada drama. Pria yang barusan bicara itu adalah Jessen dan perempuannya adalah Jessi. Pemandangan itu makin membuat Carel kesal, tanpa sebab.
"Gua ada salah apa ya kak?” tanya Jessen sekali lagi.
"Kok bisa ya lo malah nanya gitu ke gue.” Jessi terlihat tidak habis pikir. "Lo gak cuma deketin gue, kan?”
"Kak, gua rasa ada salah paham. Lo kan tau banyak cewek yang ngedeketin gua. Bukan berarti gua juga mau deket sama mereka.” tegas Jessen.
"Terus foto yang di base?”
Deg.
Carel menelan salivanya karena gugup.
"Jadi dia yang deketin lo?” tanya Jessi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunately, I Found You
Novela JuvenilCarel selalu memegang teguh prinsipnya bahwa ia hanya akan menyukai laki-laki yang lebih tua darinya dengan status sosial yang sepadan dengannya. Namun, ketika sudah mendapatkan hal yang ia inginkan, justru Carel tiba-tiba tertarik dengan Jessen yan...