Dengan sebal, Carel meletakkan ponselnya ke dalam saku jas lalu menatap ke arah lapangan yang kosong. Siang ini sedang tidak ada anak-anak yang main bola di sana. Bibirnya yang berwarna coral itu terlihat mengkerucut disertai dengan tatapannya yang tajam.
"Apa cuma gue yang ngerasa aneh?” perkatan Carel ini membuat Saline dan Ashley yang duduk di sebelahnya pun menoleh.
"Aneh gimana?” tanya Ashley.
"Gue ngerasa ada yang disembunyiin” Carel menjawab serius.
"Gak ada tuh.” ujar Saline sembari mengalihkan pandangan. Feeling Carel itu kuat dan semoga saja Carel tidak tau tentang kejadian tadi pagi.
"Udah jelas ada yang disembunyiin.” ucap Carel dengan nada agak tinggi.
"Gue gak nyembunyiin apa-apa dari lo.” ucap Saline.
"Gue juga.” sahut Ashley.
"Bukan kalian.” ujar Carel. "But that guy. Gue ngerasa dia nyembunyiin sesuatu.”
Untuk sebuah alasan, Saline bisa menghela napas lega.
"Guy yang mana, nih?” tanya Ashley.
Sebelum menjawab pertanyaan Ashley, gadis bermata indah ini pun menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan bahwa tidak ada orang lain di dekat mereka. Baru setelah itu dia menjawab.
"Gabri.” Carel menjawab dengan suara kecil.
"Dia nyembunyiin emosinya like, kok bisa dia sesabar itu ngehadapin gue.”
Seketika Saline pun kembali menatap Carel dengan menyipit, "Kita juga selama ini sabar banget ngehadapin elo.”
"Kalian ini kan temen gue dan udah tau sifat gue. Beda sama dia. Dia kan orang asing yang tiba-tiba deket sama gue and we are not in relatsionship. For real.” papar Carel.
"Ya mungkin emang orangnya sabar aja.” kata Ashley.
"Gak, gue gak setuju!” sahut Saline. "Gabri itu gak ada sabar-sabarnya jadi manusia. Semua orang tau kalo dia itu gak sabaran bahkan, peralatan eskul yang harusnya dibeli pakai uang sekolah aja dia beli pake duitnya sendiri karena gak mau kelamaan.”
"Oh, kalo begitu ya berarti dia beneran sayang sama lo, Care. Buktinya dia sesabar itu.” kata Ashley.
"Tapi gue gak suka kalo dia nyembunyiin perasaannya. Gue lebih suka dia terbuka soal perasannya ke gue dengan begitu gue bisa tau banyak tentang dia.” ucap Carel.
"Wait!” ucap Saline. "Lo gak beneran naksir-”
"Kak Saline.”
Ucapan Saline seketika terpotong karena tiba-tiba ada suara familiar yang memanggilnya. Ia tau kalau itu adalah suara Jessen.
Bukan hanya Saline yang langsung menoleh, tapi dua gadis yang sedang duduk bersamanya pun ikut menatap ke arah laki-laki berambut klimis itu.
"Tadi ada bang Zaki gak, di lapangan?” tanya Jessen.
"Gak ada.” jawab Saline.
"Oh, yaudah makasih.”
"Kan lo bisa chat Zaki buat nanya posisi dia. Gak harus nanya ke gue.”
"Kebetulan lo duduk di deket lapangan jadi, gua nanya lo. Barangkali lo liat.” jawab Jessen.
"Kan gak cuma gue yang ada di sini. Ada Ashley di sebelah lo, kenapa gak tanya dia aja?”
"Ya gua maunya nanya ke elo. Ada masalah?”
Alhasil Saline pun terdiam.
"Kalo gitu duluan ya, kak.” ujar Jessen kemudian berbalik sekaligus menjauh dari sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunately, I Found You
Teen FictionCarel selalu memegang teguh prinsipnya bahwa ia hanya akan menyukai laki-laki yang lebih tua darinya dengan status sosial yang sepadan dengannya. Namun, ketika sudah mendapatkan hal yang ia inginkan, justru Carel tiba-tiba tertarik dengan Jessen yan...