Saline dan Ashley sudah berusaha untuk menghentikan Carel, tapi gadis itu tetap pergi. Mereka juga sudah minta ke Gabri untuk bantu mencari Carel secara personal, tapi Gabri justru memilih menetap. Brengsek, bukan?
"Sekarang kita harus gimana?" Ashley panik.
Saline mengusap wajahnya sembari memikirkan cara agar Carel kembali. "Kak Rayan harus tau."
Ashley pun menahan lengan Saline agar tidak pergi. "Kita coba selesain dulu baru bilang ke kak Rayan." Pintanya dengan lirih.
Sayangnya, Saline langsung melepas tangan Ashley dari lengannya. Secara tidak langsung, ia tidak setuju dengan idenya Ashley.
"Kak Rayan juga bohong. Gak kita doang!" Jelas Saline.
"Tapi kita coba omongin dulu sama Carel. Siapa tau dia mau denger."
"Lo ngerasa ada yang aneh gak sih?"
"Aneh gimana?"
"Selama ini kita bisa alihin pikiran Carel, tapi kayak ada situasi yang bikin dia inget terus sama Jicel." Ucap Saline. "Mulai dari foto, sampai cafe tadi. Kayak udah direncanain gak, sih?"
"Coba lebih jelas lagi." Ashley masih belum paham.
"Foto Carel sama Jicel gak mungkin ada secara tiba-tiba di notesnya Carel. Itu notes baru dia beli dua bulan yang lalu, bukan notes lama. Pasti ada orang yang naro foto di situ. Udah gitu, foto yang Carel temuin itu foto yang dicantumin di profil penulis novel mamanya Carel. Cafe ini juga bukan tempat biasanya kita kumpul. Iya sih, ini cafe bagus, tapi ada banyak cafe bagus di sekitar tempat kita. Gak perlu sejauh ini. Lo tau siapa di balik ini semua?"
"Gabri?" Ashley beranggapan seperti itu, mengingat Gabri pernah menanyakan apakah Carel punya saudara atau tidak.
Saline pun mengangguk pelan. "Dia kayak sengaja gitu gak sih ngebiarin Carel pergi? Biasanya dia gak bisa jauh dari Carel. Lo sendiri tau kalo Gabri sering ada si sekitar Carel."
"Tapi kan Gabri gak tau kalo Carel punya kembaran." Bantah Ashley.
"Tapi dia bisa cari tau."
"Fakta Carel punya kembaran pun gak semua orang tau, Sal!" tegas Ashley.
"Gabri gak bego. Gue yakin pasti dia sengaja."
"Mending kita cari dulu faktanya sebelum nuduh."
"Perlu fakta apa lagi? Pokoknya Gabri habis malam ini sama gue." Ucap Saline kemudian kembali ke cafe.
...........
Sesampainya di tempat duduknya, Carel meletakkan tasnya di bawah sedangkan paper bag berwarna cokelat kecil yang ia bawa ini dia letakkan di atas meja. Ia pun pengeluarkan sebuah benda dari dalam sana. Ternyata isinya buku yang covernya berwarna biru langit.
Covernya sangat menarik, tidak seperti buku yang ia punya sebelumnya. Hal estetika seperti itulah yang bisa menarik minat Carel untuk membaca buku hingga habis meskipun ia tidak tau ini buku tentang apa.
"Hai Care!" Sapa Saline yang baru datang.
"Hai juga." Jawab Carel sembari membuka bukunya dari awal.
Saline yang kepo pun berbalik lalu menatap Carel dengan senyuman kecil. Ada yang ingin ia tanyakan, tapi tidak dia tidak ingin bertanya dengan wajah kusut. Makanya ia berusaha sebaik mungkin.
"Kemaren lo kok balik duluan?" Tanya Saline.
"Iya, pengen aja."
"Gaada alasan lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunately, I Found You
Teen FictionCarel selalu memegang teguh prinsipnya bahwa ia hanya akan menyukai laki-laki yang lebih tua darinya dengan status sosial yang sepadan dengannya. Namun, ketika sudah mendapatkan hal yang ia inginkan, justru Carel tiba-tiba tertarik dengan Jessen yan...