Berhubung Carel tidak tau mau pergi ke mana, sekertaris papanya mengajak ia untuk datang ke sebuah restoran yang ada di suatu hotel bintang lima. Wanita yang jalan di depannya ini membawanya ke sebuah meja yang kala itu ada seseorang yang Carel kenali.
Ada ibu tirinya yang sedang duduk dengan dua minuman di atas meja. Senyuman dari wanita tersebut seolah menyambut kedatangan Carel dengan hangat hingga akhirnya mereka berada di meja yang sama. Usai mengantar Carel, sekertaris papanya langsung pergi.
"Kamu kaget, ya?" tanya ibu tirinya disertai senyuman lebar.
Di situasi seperti ini bisa-bisanya ibu tirinya tersenyum selebar itu. Bukankah tidak wajar?
"Kamu pasti shock." balasnya lalu meraih minuman berwarna oranye yang ada di depannya.
"Papa ke mana?" tanya Carel.
"Menurut kamu, ke mana?" balas ibu tirinya lalu meneguk minuman di tangannya dengan anggun.
"Boleh tolong serius dulu, gak?" ujar Carel agak ketus.
Ibu tirinya pun meletakkan gelasnya ke atas meja lalu mencondongkan tubuhnya ke depan. "Saya selalu serius. Kita kan gak pernah bercanda."
"Terus papa di mana? apa yang terjadi itu gak benar, kan?"
"Jawabannya ada di tangan kamu."
Alhasil kening Carel pun menyernyit karena kebingungan. "Maksudnya?"
"Kalo kamu mau cepet-cepet nikah sama Rayan, berarti papa kamu aman."
"Kenapa tiba-tiba bahas pernikahan?"
"Karena keluarganya Rayan yang akan bantu kita di persidangan."
"Bukannya keluarga kak Rayan yang butuh bantuan kita?"
"Kamu ini cuma anak kecil yang gak tau apa-apa." ucap ibu tirinya. "Keputusan ada di tangan kamu."
"Berarti tuduhan papa ini palsu?" tanya Carel.
"Meskipun palsu, bukti bisa diciptain sama orang-orang yang benci sama papa kamu. Tapi kita juga gak bisa menutup kemungkinan kalau papa kamu beneran korupsi. Saya udah bilang, jawaban ada di tangan kamu."
"Kalau nikah sama kak Rayan, apa langsung nyelesain masalah?"
"Iya. Mereka mau bantu kita."
Sayang sekali, menurut Carel, itu bukanlah solusi. Ia terdiam sesaat untuk memikirkan cara lain hingga akhirnya terlintas beberapa nama di kepalanya. "Aku masih underage jadi gak mungkin nikah cepat sama dia. Ada cara lain selain nikah sama kak Rayan."
"Gak ada cara lain."
"Ada." Carel bersikukuh. "Aku punya teman yang orang tuanya pejabat dan kita saling kenal. Papanya Saline bisa bantu kita. Kalau kekuatan papanya Saline masih kurang, aku bisa minta bantuan dari keluarga kak Yoshi. Anak laki-laki mereka dekat sama aku jadi, mereka akan bantu tanpa perlu menikah."
"Kamu pikir mudah minta bantuan mereka?"
"Kalau dipikir-pikir, keluarga kak Rayan aja selama ini dapat bantuan dari papa. Mana mungkin mereka bisa bantu kita. Jabatannya masih di bawah papah jadi, gak mungkin bisa bantu. Gak masuk akal." Carel pun menatap ibu tirinya dengan serius. "Aku yang akan maju minta bantuan."
"Kamu ini masih belum paham!" cecar ibu tirinya.
"Kalau begitu jelasin di bagian mana yang aku gak paham. Kan jawabannya ada di tangan aku jadi, aku akan cari."
"Padahal simpel loh! kamu tinggal pilih nikah sama Rayan. Semuanya selesai."
Entah kenapa, Carel merasa ada yang tidak beres. Padahal pernyataannya tadi sangat masuk akal, tapi kenapa ibu tirinya bersikeras ingin menikahkannya dengan Rayan? power keluarga Rayan juga tidak besar. Lalu apa yang dicari dari mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunately, I Found You
Ficção AdolescenteCarel selalu memegang teguh prinsipnya bahwa ia hanya akan menyukai laki-laki yang lebih tua darinya dengan status sosial yang sepadan dengannya. Namun, ketika sudah mendapatkan hal yang ia inginkan, justru Carel tiba-tiba tertarik dengan Jessen yan...