Tadinya Rayan ingin tinggal lebih lama untuk menjaga Carel, namun Carel menyuruhnya untuk pulang. Alasannya karena ia merasa sudah baikan jadi tidak perlu ditemani lagi. Namun, alasan yang sebenarnya adalah dia mulai tidak nyaman berada di sisi Rayan. Makin kesini, perasaannya semakin berkurang bahkan, nyaris hilang sebab ia sudah tidak peduli lagi dengan yang Rayan lakukan.
Berhubung Rayan sudah pulang tadi siang, jadinya Carel bisa bertemu Gabri di malam harinya. Mereka bertemu di cafe yang ada di dekat pantai. Tempat yang pernah mereka datangi tempo hari lalu yaitu cafe yang lantai duanya sepi.
Tanpa pemberitahuan ke Gabri, Carel membawa macbooknya karena ingin menyelesaikan tugas presentasi sambil bucin. Niat awalnya seperti itu, tapi malahan Gabri yang mengerjakan tugasnya. Kata Gabri, Carel hanya perlu memeluknya sampai tugas ini selesai.
"Baru masuk udah langsung presentasi aja." komentar Gabri seraya menyusun materi ke dalam microsoft word sebelum dikirimkan ke Juna yang tugasnya menyusun ppt.
"Seenggaknya di kelompok aku ada Saline jadi, ada teman sambat." balas Carel yang kini posisinya memeluk Gabri dari samping.
Gabri pun tersenyum kecil dengan tangan kiri yang ia gunakan untuk mendekatkan tubuh Carel. Sedangkan ia bekerja dengan satu tangan. Tenang saja, tugasnya sudah selesai jadi ia sedang mengirim file tersebut ke Juna lewat emailnya Carel.
"Gimana buku yang aku kasih? udah kamu baca?"
"Baru sampai bab 5... kayaknya sih baru sampai bab 5." jawab Carel.
"Seru, gak?"
"Enggak. Soalnya aku gak relate."
"Coba baca dulu sampai habis."
"Kamu ceritain aja deh inti ceritanya."
"Kalo aku ceritain, nanti pesannya gak sampai. Soalnya aku kasih kamu buku itu karena suatu hal."
"Hal apa?"
Gabri pun menatap perempuan bermata indah ini. "Dibaca dulu, ya!"
"Ish." Carel langsung melepas pelukannya karena kesal. Ia menarik laptopnya jadi ke arahnya lalu menutup benda itu. Bibirnya jadi mengkerucut karena sekesal itu dengan Gabri, tapi Carel yang bertingkah kesal seperti itu justru membuatnya lebih menggemaskan. Kapan lagi coba lihat Carel segemas ini?
Saking sukanya melihat Carel, Gabri sampai memerhatikan gadis itu sambil senyum-senyum sendiri. Dia memerhatikan Carel dalam waktu yang lama hingga gadis itu menoleh dengan tajam.
"Ngapain ngeliatin?" ketus Carel.
"Pengen aja."
"Gak usah ngeliatin terus!" tegur Carel sembari memasukkan laptopnya ke dalam tote bag.
"Heran deh, kok aku suka ya liat kamu marah."
"Gila."
"Kamu keliatan makin karismatik pas marah."
Carel pun berdecak. "Perasaan yang sakit gue, deh."
Seketika Gabri pun mendekatkan tubuhnya ke Carel hingga jarak di antara wajah mereka hanya sekitar beberapa centimeter saja. Satu tangannya memegangi bangku Carel sedangkan satunya lagi di depan Carel. Gabri benar-benar mengikis jarak di antara mereka sampai sedekat ini.
"Wanna watch movie?" bisik Gabri.
"Gak mau."
"Cinema drive in. Beneran gak mau?"
Carel pun menoleh ke Gabri. "Mau flirting lagi, kan? udah gak mempan!"
"Enggak tuh! cuma mau ngelepas kangen aja sebelum kita pura-pura gak akrab lagi di sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunately, I Found You
Teen FictionCarel selalu memegang teguh prinsipnya bahwa ia hanya akan menyukai laki-laki yang lebih tua darinya dengan status sosial yang sepadan dengannya. Namun, ketika sudah mendapatkan hal yang ia inginkan, justru Carel tiba-tiba tertarik dengan Jessen yan...