Carel kira ia akan bosan hidup tanpa ponsel, tapi ternyata pemikirannya itu salah. Ia merasa lebih nyaman seperti ini. Carel jadi tidak melihat hujatan tentangnya yang ada di base sekolah dan gombalan cowok random yang tiba-tiba menghubunginya lewat DM.
Selain itu, hal lain yang membuatnya nyaman adalah rumah Jessen yang menurutnya cukup lengkap. Ada banyak makanan dan ruangan yang luas. Kalau Carel bosan, ia bisa mengobrol dengan Jessen meski endingnya agak jayus. Setidaknya ia tidak kesepian.
"Nanti malem mau main, gak?" tanya Jessen yang duduk di sebelah Carel di atas sofa. Ia sedang menatap ponselnya sambil bersandar.
Carel pun menoleh. "Gak." tolaknya dengan tegas.
"Ajak kak Saline aja." kata Jessen.
"Justru gue lagi gak mau ketemu siapa-siapa."
Jessen pun beralih jadi menatap Carel. "Kenapa?"
"Masalah papa." gadis yang pakai hoodienya Jessen ini pun menunduk.
"Lo takut ketemu musuh papa lo?"
Carel pun menggeleng cepat. "Papa nyuruh gue buat di sini untuk sementara waktu."
"Lah, bukannya papa lo ga bisa dihubungin?"
"Semalam gue kirim pesan lewat email rahasia papa. Cuma gue sama papa yang tau email itu dan papa balas. Papa udah tau gue nginep di rumah lo bahkan, gue disuruh tinggal di sini buat sementara sampai papa selesai urusin masalahnya." jelas Carel. "Lo keberatan gak, kalo gue di sini buat sementara?"
Awalnya Jessen tertegun. Namun, ia tetap mengiyakan karena ingin membantu Carel. Papanya Carel itu super strict jadi, sulit untuk mendapatkan kepercayaannya dan ternyata Jessen mendapat kepercayaan papanya Carel.
"Lo gak bosen di rumah terus?" tanya Jessen.
"Sedikit, tapi gak papa. Kan ada lo." ucap Carel. "Tapi kalau lo mau main keluar ya gak papa. Gue di sini sendiri."
"Sebenernya gua keluar karena kesepian, tapi kan sekarang ada lo. Jadi gua gak perlu keluar lagi." ucap Jessen.
"Apa iya?" Carel ragu.
"Iya dong." ucap Jessen. "Kita mewarnai yuk, kak!"
"Lo random banget." kata Carel. "Ayo deh. Kedengerannya seru."
"Gua yang gambar, elo yang ngewarnain, gimana?"
"Boleh."
"Tapi gambarnya di ipad aja soalnya gua gak punya buku gambar."
"Digambar manual aja! gak usah nyusahin gue, deh!" keluh Carel.
Jessen hanya tertawa kecil mendengarnya. Ia tetap mengiyakan perkataan Carel lalu pergi ke kamarnya untuk mencari kertas kosong. Tenang saja, Jessen punya banyak barang yang bisa digunakan untuk mewarnai seperti crayon, cat air, dan pensil warna. Pilihan warnanya pun banyak jadi, Carel punya banyak pilihan.
Setelah kembali ke sofa, Jessen memilih untuk duduk di atas carpet supaya menggambarnya lebih nyaman. Tak lama, Carel juga ikutan duduk di bawah karena ia ingin lihat Jessen menggambar.
Jessen mulai membuat garis yang awalnya terlihat aneh, tapi setelah garis-garis itu bertemu malah jadi indah. Carel jadi penasaran dengan apa yang sedang Jessen gambar.
"Lo beneran bisa gambar, kan?" tanya Carel.
"Bisa." ucap Jessen sambil menggambar. Dia serius kalau urusan menggambar.
"Terus lo lagi gambar apa?"
"Gambar lo."
"Gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunately, I Found You
Fiksi RemajaCarel selalu memegang teguh prinsipnya bahwa ia hanya akan menyukai laki-laki yang lebih tua darinya dengan status sosial yang sepadan dengannya. Namun, ketika sudah mendapatkan hal yang ia inginkan, justru Carel tiba-tiba tertarik dengan Jessen yan...