"Shley, Carel ada cerita gak ke elo tentang kembarannya atau cerita pengen lunya sodara gitu?" Saline berbisik ke Ashley yang kini sedang duduk bersamanya di ayunan yang ada di halaman rumah Carel.
"Enggak, tuh." jawab Ashley. "Emang kenapa?"
"Semalem Gabri nanya ke gue tentang Carel. Dia nanya Carel punya adik atau enggak terus gue bilang aja Carel anak tunggal dan gak punya sodara. Kata Gabri, Carel pengen banget punya kakak." sebelum melanjutkan kalimatnya, Saline pun menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan bahwa tidak ada Carel di sini.
"Dia pengen punya kembaran." lanjut Saline.
Otomatis Ashley kaget mendengarnya karena semua orang terdekat Carel tau bahwa dua tahun belakangan ini Carel tidak ingat kalau dia memiliki kembaran. Keluarganya juga tidak ingin Carel mengingat tentang kembarannya karena hal itu akan membuat Carel terpuruk.
Sebelum Carel lupa tentang kembarannya, dia menangis sepanjang hari dan terus menyalahkan dirinya atas suatu insiden. Namun, tiba-tiba Carel tidak ingat tentang kembarannya dan berhenti menangis. Oleh sebab itu, semua orang yang tau tentang kembaran Carel diminta untuk tidak membicarakan apapun mengenai Jicel, yaitu kembaran Carel. Bahkan, foto Jicel sudah disingkirkan agar Carel tidak mengingat Jicel lagi.
"Jangan-jangan Carel inget?" tebak Saline.
"Sorry ya gue lama." ucap Carel seraya menghampiri dua temannya. "Tadi pas liat piano tiba-tiba gue pengen mainin. Jadinya sempet main satu lagu."
Alhasil Saline dan Ashley pun saling menatap.
"Lo berdua kenapa?"
"Ah, enggak Care." balas Ashley. "Gue gak tau kalo lu bisa main piano." ia menyenggol Saline.
"Sama, gue juga baru tau." Kata Saline
"Loh, emangnya gue gak pernah bilang ke lo berdua, ya?"
Saline dan Ashley pun menggeleng di waktu yang bersamaan.
"Sini duduk, Care." Ashley menepuk tempat yang masih kosong di sebelahnya. Tanpa basa-basi, Carel langsung menuruti permintaan Ashley untuk duduk di sebelahnya.
"Ceritain dong perasaan lo selama main piano. Kayaknya happy banget sampe lama banget." ucap Ashley dengan antusias.
"Gak tau ya, gue ngerasanya malah sedih."
"Kok gitu?" tanya Saline.
"Mana gue tau! Kayaknya karena gue baru main piano lagi after long time."
"Kalo main piano bikin lo sedih, mending jangan, deh." saran Saline. "Elo kan moody udah gitu benerin mood lo rada susah jadi jangan nyusahin kita, deh!"
Carel pun tersenyum lebar. "Iya, gue gak bakal deketin sesuatu yang bikin mood gue ancur."
"Nah gitu dong!"
"Eh, gue mau ambil minum dulu." Carel pun bangkit. "Mau minum apa?"
"Apa aja." balas Ashley.
"Ice frappucino satu, ya!" balas Saline.
"Jangan ngelunjak juga. Mentang-mentang gue tanyain minumnya apa." ceplos Carel.
"Yaudah bawa aja yang ada di kulkas lo."
"Oke, tapi jangan protes, ya!" ucap Carel kemudian berlalu.
Saline dan Ashley pun saling menatap kembali begitu Carel menghilang dari pandangan mereka.
"Perlu bilang gak sih ke papanya Carel?" tanya Ashley.
"Kalo kata gue sih mending di buang aja itu piano. Pokoknya barang-barang yang bikin Carel inget itu dibuang aja." saran Saline. "Apalagi dulu mereka sering main piano bareng. Bahaya banget kalo Carel main piano."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunately, I Found You
Teen FictionCarel selalu memegang teguh prinsipnya bahwa ia hanya akan menyukai laki-laki yang lebih tua darinya dengan status sosial yang sepadan dengannya. Namun, ketika sudah mendapatkan hal yang ia inginkan, justru Carel tiba-tiba tertarik dengan Jessen yan...