22. Plan B

2K 253 20
                                    

Setelah berhasil menenangkan Violette, Roy sibuk menelepon. Violette sendiri duduk bersandar di sofa, tanpa semangat mengusap-usap layar ponsel. Pikirannya kalut, semua terasa sangat membingungkan. "Aku mau ke rumah sakit," katanya tiba-tiba.

"Untuk apa?"

"Ketemu Kakak. Ini lebaran, aku belom maap-maapan sama Kakak."

"Video call saja."

"Tapi aku mau ketemu Kakak!"

Roy menghela napas, menatap bagian pinggang Violette yang terluka. "Kau mau bikin kakakmu khawatir?"

"Tapi ini lebaran. Masa aku ngga sungkeman sama Kakak?" Mata Violette mulai berembun.

Selarik napas berat diembus Roy. "Berjalan saja kau kesulitan, bagaimana mau ke sana?"

Violette menegakkan punggung dengan semangat. "Kalau bisa jalan, aku boleh ke rumah sakit?"

Kening Roy mengerut, memandang Violette sejenak lalu menjawab, "Okay."

"Okay!" Violette berdiri dengan semangat, tetapi sedetik kemudian mengerang kesakitan. Lukanya seperti tertarik keras ke bawah.

"Tak usah dipaksa," ujar Roy, menyembunyikan tawa sambil mengusap-usap ponsel.

Violette tak peduli. Dia berjalan selangkah dari sofa. Roy mengikuti dengan sudut matanya, berjaga-jaga andai gadis itu butuh pertolongan.

Suara bel pintu mengalihkan perhatian keduanya. Roy berdiri membukakan pintu. Dua orang lelaki dalam baju koko dan seorang perempuan berkemeja hitam dipadukan dengan celana taktis masuk ruangan.

"Perkenalkan, ini Violette, calon isteri saya," ujar Roy, mengulurkan tangan pada Violette yang menahan sakit, bersandar di sofa.

Violette melambaikan tangan, dengan ramah berusaha menyungging senyum. "Ini Fina, Theo, dan Hendri, mereka akan jadi bodyguard-mu sampai keadaan dipastikan aman," jelas Roy lagi.

Violette ternganga. "Bodyguard?"

"Iya, Bu," jawab Theo, "Fina akan di sini menjaga ring 1, saya ada di ring 2, Hendri nanti di ring 3."

Violette makin melongo mendengar penjelasan Theo. 

"Sorry, karena permintaan mendadak di libur lebaran, jadi security service hanya bisa menyediakan tambahan satu orang saat ini. Nanti setelah libur selesai, kalau kondisi masih kritis, kita akan tambah personil," jelas Roy tenang, seolah-olah semua adalah hal yang sangat biasa dilakukan. 

"Tambahan?" Violette makin tak mengerti.

"Theo biasanya menjadi bodyguard-ku. Fina ini isterinya. Hendri, tambahan dari security service."

Alis Violette terangkat dan mulutnya ternganga. "Kamu punya bodyguard selama ini?"

Roy menghela napas, menatap Violette seolah-olah pertanyaannya barusan terlalu bodoh untuk dijawab. Tanpa menjawab, ia beralih kepada para bodyguard. "Kalian sudah tahu siapa yang jadi fokus perlindungan. Sekarang, laksanakan!"

"Siap, laksanakan!" jawab ketiganya serempak, lalu mulai beranjak menuju pos masing-masing. Theo dan Hendri keluar apartemen, sementara Fina menjelajah seluruh ruangan, memeriksa tiap-tiap sudut dengan teliti. 

Violette tak bisa berkata-kata. Ia hanya terdiam bingung di tempatnya. Dibalikkannya badan menghadap Roy yang duduk di sofa. Dengan sedikit membungkuk, ia berbisik, "Apa perlu pengawal sebanyak itu?"

"Banyak?" Roy menoleh, menatap Violette. "Cuma tiga. tadinya aku minta minimal dua di tiap ring."

"Ha? Presiden aja ngga sebanyak itu, kali."

Bayi Buat Pak BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang