Violette kembali ke kamar kakaknya, sementara Roy menemui dokter. Dia pikir, ide spontannya untuk mengambil jantung Jamie sangatlah tepat. Setidaknya, Jamie tidak mati sia-sia. Dia bersikeras meyakinkan diri sendiri, bahwa usahanya ini bukan karena keengganannya menghabisi nyawa mantan kekasihnya itu.
Darah di ujung bibir Jamie kembali memenuhi ruang memorinya, silih berganti dengan rasa yang tertinggal dari mengulum kedua bibir itu. Roy mengigit bibirnya sendiri. Diteguknya ludah dan dipejamkannya mata. Kepalanya menggeleng keras, berusaha menepis segala kenangan dari lelaki itu.
Dia yang berniat menghabisi Violette. Dia yang hampir membuat ayahnya terbunuh. Dia yang membuat kakak Violette kembali terkena serangan. Dia tidak pantas menerima belas kasih setetes pun.
Roy menghela napas panjang. Dibukanya ruang dokter dengan keteguhan hati.
Dokter Danu menyambutnya dengan senyum meski sedikit bingung. "Ada masalah, Pak?"
Roy duduk di hadapan Dokter dengan ekspresi yang ditenang-tenangkan. "Apa syarat untuk bisa menjadi donor jantung?"
Dokter Danu sedikit terjengit. "Bapak tidak berencana menjadi donor jantung, bukan?" tanyanya, tanpa basa-basi.
Roy tertawa kecil. "Tidak, tentu tidak. Saya masih ingin hidup."
Mata Dokter Danu sedikit menyipit. "Apa ada yang ingin mati?"
Roy berdeham sembari memperbaiki duduknya. "Tidak, tentu tidak ada yang ingin mati." Dia berpikir sebentar. "Hanya bertanya, siapa tahu, saya bisa menemukan donor yang cocok."
Dokter Danu menyatukan kedua tangannya di atas meja. "Saya mengerti," katanya, "ini pasti berat sekali."
Roy menghela napas, menahan kesabaran.
"Tapi, saya menyarankan kita tetap mengikuti prosedur yang baku. Sistem yang ada menjamin bahwa organ yang kita dapat berasal dari sumber yang sehat dan sudah merelakan organnya digunakan oleh orang lain."
Roy mengelus dagunya.
"Jadi ...."
Roy mengangguk, memajukan badannya. "Saya mengerti," katanya, "selain jantung yang sehat, apakah ada syarat lain agar bisa menjadi pendonor?"
Dokter Danu menghela napas. Disandarkannya punggung ke sandaran kursi. "Kalau yang dimaksud untuk Bapak Basskara, saat ini, kita menunggu kondisi kesehatan Bapak Basskara pulih kembali. Karena waktu tunggu jantung donor hanya empat jam agar jantung bisa berfungsi dengan baik."
Roy manggut-manggut.
"Selain itu, kondisi penerima donor juga harus sehat untuk melakukan operasi transplantasi dan perawatan pasca operasi."
Kembali, Roy manggut-manggut. "Bagaimana kondisi Basskara?"
Dokter tidak mengatakan apa-apa. Namun, tangannya yang terangkat menjawab segalanya.
Roy menghela napas. Tidak ada lagi pertanyaan yang ingin disampaikannya.
***
Dia kembali ke kamar Basskara dengan perasaan tidak menentu. Dilihatnya kembali aplikasi chat. Dua ruang teratas masih menunggu jawaban. "Saya tunggu tanggapan dari Pak Roy," kata Zain si pengacara. Di atasnya, Theo menulis, "Menunggu perintah, Boss."
Roy menghela napas. Dimasukkannya kembali ponsel ke dalam saku celana. Kepalanya kembali terasa sakit.
***
Violette menangkupkan kepala di tepi tempat tidur, di atas lengan kakaknya. Roy menutup pintu pelan-pelan, tetapi Violette tetap terbangun. Matanya terlihat lelah, tetapi bibirnya tetap tersenyum. Roy pun memaksakan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Buat Pak Boss
RomanceWarning 21+ Roy Forrester, pimpinan Forrest Group terpaksa mengikuti perintah ayahnya untuk menikah. "Perusahaan kita adalah perusahaan keluarga. Kalau kau tidak punya keturunan, siapa yang akan mewarisi hasil kerja keras kita ini nanti?" ucap ayahn...