Di mobil, Violette duduk di samping kursi pengemudi dengan wajah cemberut. “Aku mau ketemu Papa,” ujarnya, nyaris tak terdengar.
Roy mengabaikannya. Dia menyalakan mobil dan langsung fokus pada jalanan, berusaha menepis kata-kata ayahnya yang terasa makin menyesakkan otak.
Tanpa suara, Violette menyandarkan kepalanya ke kaca jendela. Pandangannya mengabur terhalang air mata.
Jalanan cukup ramai siang itu. Di beberapa tempat, perjalanan mereka agak tersendat karena banyaknya mobil yang menyemuti jalanan.
Roy mengembus napas pelan. Seperti jalanan, kepalanya pun penuh dengan suara dan kata-kata ayahnya, “Ceraikan dia! Ceraikan dia!”
“Kausuka dia?” tanya Roy tiba-tiba.
“Hm?” Violette menegakkan kepala sambil mengusap mata.
“Dia.”
“Siapa?”
Roy mengembus napas keras. “Rijal.”
“Maksudnya?”
Lampu lalu lintas berubah merah. Roy menginjak rem sembari menghela napas dan menahannya sebentar. “Sepertinya, dia menyukaimu,” ujarnya lirih.
Violette tersenyum tipis, lalu merebahkan kepalanya kembali ke kaca jendela. “Trus?”
Roy menatap Violette heran. “Apa kau tidak menyukainya?”
Violette mengedikkan bahu tanpa membalas tatapan Roy. “Biasa aja.”
Klakson dari mobil di belakang membuyarkan percakapan keduanya. Roy menekan gas dan mulai melajukan kembali mobilnya. “Dia manggil kamu Olin.”
Violette tertawa kecil. “Lalu?”
“Sama seperti Kakak.”
Tawa Violette terdengar pelan. Ditegakkannya kepala sambil berkata, “Memangnya kenapa?
Roy mengedikkan bahu.
“Aku pakai nama kecilku kalau ngga pengen kenal lebih dalam sama seseorang.”
Alis Roy terangkat heran.
“Jadi, kalau dia berusaha nyari aku, ngga akan ada yang kenal,” lanjut Violette lagi, “soalnya, dia ngga tahu identitas lainnya tentang aku.”
Roy masih berusaha mencerna.
“Aku juga pakai nama Violin di Find Me, kan?”
Roy mengangguk-angguk. “Kau juga tidak serius waktu itu?’
“Hm, ngga juga. Aku bener-bener butuh duit waktu itu, bener-bener berdoa bisa dapat sugar daddy.”
Roy tertawa kecil, hanya sebentar, kemudian dihelanya napas dan diembuskannya cepat. Saat itu, Find Me terasa seperti solusi terbaik untuk membungkam ayahnya. Namun, sekarang, semua terasa hampa. Apa yang mati-matian dikejarnya terasa tak berarti lagi. Ayahnya sudah tidak peduli lagi soal bayi ataupun keturunan. Bahkan, mungkin tak peduli juga tentang perusahaan dan aset-asetnya.
Roy kembali menghela napas. Sekarang harusnya adalah waktu yang tepat untuk melepaskan Violette. Toh, tujuan awalnya sudah tidak berarti lagi.
Roy menggigit bibir bawahnya. Ada sesuatu di sudut hatinya yang merasa keberatan melepaskan Violette. Entah mengapa, dia tidak tahu.
“Jadi, Papa udah tahu, ya?” Violette memecah keheningan tiba-tiba.
“Hm.”
“Trus, gimana?”
Roy menelan ludah, tetapi tak menjawab.
“Apa itu berarti perjanjian kita batal?” tanya Violette hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Buat Pak Boss
RomanceWarning 21+ Roy Forrester, pimpinan Forrest Group terpaksa mengikuti perintah ayahnya untuk menikah. "Perusahaan kita adalah perusahaan keluarga. Kalau kau tidak punya keturunan, siapa yang akan mewarisi hasil kerja keras kita ini nanti?" ucap ayahn...