"Jangan lupa bersihin muka dulu sebelum tidur," kata Violette ketika melihat Roy langsung merebahkan diri di kasur begitu masuk kamar.
"Hm," jawab Roy malas.
Violette hanya mengedikkan bahu, lalu beranjak ke kamar mandi. Dibalurkannya busa sabun muka ke seluruh bagian wajah. Hari ini, dia tidak mengenakan riasan berat, hanya selapis pelembap dan tabir surya. Cukup untuk sekadar melindungi muka.
Roy masuk tanpa permisi, mengejutkan Violette yang baru sadar telah lupa mengunci pintu. Dilepasnya jaket dan dilemparnya begitu saja ke sudut kamar mandi. Tanpa kata-kata, dia menghampiri Violette yang masih sibuk dengan busa di seluruh mukanya.
Dilingkarkannya tangan di pinggang gadis itu sambil ditelekannya dagu di bahu. "Aku lelah," katanya manja, tepat di sisi telinga Violette.
Violette menghentikan gerakan tangannya di muka. Ditatapnya Roy yang terlihat kacau di cermin. Perlahan, dihelanya napas. Sesuatu pasti telah terjadi.
Violette menunduk untuk membersihkan muka di keran wastafel, tetapi Roy bersikukuh untuk tidak melepaskan dekapannya. Dia malah merebahkan kepalanya di punggung Violette.
Perlahan, Violette kembali menegakkan punggungnya dan berbalik. "Okay, nunduk," katanya, mengambil kapas dan pembersih make up.
Bukannya menunduk, Roy malah mengangkat Violette dan mendudukkannya di meja wastafel.
Violette mengernyit, tapi tersenyum. "Katanya lelah?"
"Hm." Roy kembali merebahkan kepalanya di pundak Violette.
Violette terdiam. Dihelanya napas pelan. "Sini, kubersihin matamu," ujarnya lembut seraya mendorong kepala Roy agar sedikit mundur.
Roy tidak membantah.
"Merem," perintah Violette.
Roy langsung menurut. Dipejamkannya mata. Sensasi hangat yang nyaman menjalar dari jari Violette sampai ke seluruh bagian lingkar matanya. "Aku lihat dia tadi," katanya, tiba-tiba.
"Dia?" Violette menghentikan gerakannya di sekitar mata Roy. "Maksudnya Jamie?"
"Kenapa kausuka sekali menyebut namanya?" sentak Roy tiba-tiba.
Violette bungkam seketika.
Roy mengembus napas keras dari mulut. "Iya, aku lihat dia. Masih pakai kursi roda, tapi sudah dengan lelaki yang baru."
Violette mengangguk. Diraihnya dagu Roy dengan lembut. "Merem," bisiknya, "kita belum selesai."
Roy menghela napas lalu memejamkan mata. Dunia sekitarnya seperti menghilang, tetapi kelebat ingatan tentang Jamie malah muncul di kepala. "Dia tertawa," katanya, menahan emosi, "dengan lelaki lain." Tangannya mengepal di atas meja wastafel.
Violette bisa melihat urat-urat tangannya seperti hendak meledak di bawah kulit. Disentuhnya lembut lengan Roy yang kaku bagai tiang beton. "Kamu cemburu?"
"Aku marah!" Roy meninju meja wastafel, membuat Violette mengedip dan menarik kepala spontan. "Seharusnya Theo sudah membunuhnya! Dia tidak layak hidup!"
Violette mengangguk pelan. Dijangkaunya kepala Roy dan disisirnya dengan tangan, helaian rambut yang kaku terkena hairspray.
Perlahan, air terbit dari mata Roy. Mati-matian, dia menahannya agar tidak menjadi tangis. Namun, belaian jari Violette meluruhkan pertahanannya. Tangisnya tumpah di dada Violette.
***
Violette lebih dulu berbaring di tempat tidur sementara Roy keramas untuk membersihkan hairspray dari rambutnya. Itu pun setelah beberapa menit berdebat karena Roy bersikeras minta dikeramasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Buat Pak Boss
RomanceWarning 21+ Roy Forrester, pimpinan Forrest Group terpaksa mengikuti perintah ayahnya untuk menikah. "Perusahaan kita adalah perusahaan keluarga. Kalau kau tidak punya keturunan, siapa yang akan mewarisi hasil kerja keras kita ini nanti?" ucap ayahn...