Sore itu, mereka berdiskusi dengan Wedding Organizer, merencanakan serba-serbi pesta pernikahan. Roy juga meminta pengurusan ke KUA sebagai layanan tambahan karena dia tak bisa mengurusnya sendiri.
"Harus secepatnya, Pak. Karena ini sudah bulan puasa, ritme kerjanya jadi sedikit lebih lambat," kata pihak WO.
Roy tak keberatan dan Violette hanya manggut-manggut sepanjang pertemuan. Gadis itu tak punya banyak ekspektasi tentang pesta pernikahan. Lagipula, ia tak melihat pernikahannya dengan Roy sebagai suatu pernikahan. Baginya, semua itu hanyalah transaksi bisnis.
"Kau benar-benar tak punya impian tentang pesta pernikahan?" tanya Roy saat mereka di dalam mobil menuju apartemen yang diincar.
"Apa gunanya? Pesta pernikahan cuma pemberitahuan kalau kita sudah menikah secara resmi. Agar tidak ada yang heran kalau nanti tiba-tiba aku hamil."
Roy tak membantah. Baginya pesta pernikahan hanyalah pencitraan, sarana untuk menunjukkan pada seluruh dunia bahwa dia menikah dengan seorang wanita. Suatu pencitraan penting bagi kelanjutan bisnis di negara plus enam dua.
Roy akhirnya bersepakat mengenai harga apartemen. Serah terima kunci akan dilaksanakan dua pekan lagi setelah pengurusan surat-surat selesai. "Apartemen ini akan dibuat atas namamu," kata Roy setelah mereka kembali masuk ke dalam mobil, "itu bagian dari perjanjian kita bahwa aku akan memenuhi kebutuhanmu. Nanti kukirimkan nomor desainer interior yang mendesain kantor. Hubungi dia untuk untuk mendesain apartemenmu."
Violette tidak membantah.
"O, ya, luangkan waktu Sabtu ini. Ikut acara buka bersama denganku."
"Kenapa?"
"Kenapa?" Roy diam sejenak, tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan yang mempertanyakan alasannya. "Kita akan menikah. Tentu aku harus memperkenalkanmu sebagai pacarku biar tidak ada yang kaget dan mengira kau menggunakan jampi-jampi supaya bisa menikah denganku."
Violette terbahak. "Aku tidak tahu Pak CEO juga memedulikan apa kata orang."
Roy mendengkus. "Orang-orang lebih tertarik bergosip daripada membicarakan pencapaianku di bidang bisnis. Dan yang lebih menyebalkan, citra diri buruk bisa berpengaruh pada performance perusahaan di bursa saham."
Tawa Violette terhenti. Dia tidak tahu dampaknya bisa begitu buruk. "Tapi pura-pura jadi pacar tidak ada dalam perjanjian kita."
"Okay. Berapa harga untuk jadi pacarku?"
Violette menahan tawa. "Untuk satu kali acara, sepuluh jeti cukup."
"Deal." Roy menghentikan mobil di lampu merah lalu meraih ponselnya dan mengirim lima juta ke rekening Violette. "Sisanya setelah semua pekerjaan selesai," pungkasnya.
Violette mengecek rekeningnya dan tertawa geli. Mengisi pundi-pundi rekening ternyata bisa semudah itu. "Buka bersama dengan siapa ini?" tanyanya profesional.
"Anak angkatan."
"Alumni STPI?"
"Yap."
Ingatan Violette melayang pada puisi yang ditemukannya di dalam kantong jumper. "Apa ada yang perlu aku tahu? Mantan pacar barangkali?"
Roy meremas setir. "Kau akan bertemu dengan banyak sekali pilot. Siapkan pembicaraan yang berhubungan."
Violette meneliti wajah Roy yang fokus menatap jalanan. "Noted. No space for error," katanya mengutip tulisan di bagian punggung jumper.
Roy tersenyum. "Good job."
"Hanya itu?"
"Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Buat Pak Boss
RomanceWarning 21+ Roy Forrester, pimpinan Forrest Group terpaksa mengikuti perintah ayahnya untuk menikah. "Perusahaan kita adalah perusahaan keluarga. Kalau kau tidak punya keturunan, siapa yang akan mewarisi hasil kerja keras kita ini nanti?" ucap ayahn...