47. Putusan

548 68 20
                                    

Violette mengepalkan kedua tangannya di sisi kiri dan kanan mangkuk. “Apakah hubungan ini masih diperlukan?”

Roy membeku. Seluruh rahasia telah terbongkar. Tidak ada lagi yang perlu disembunyikan dari ayahnya. Tidak perlu lagi berpura-pura straight untuk membungkam lelaki tua itu.

Selarik napas dihela Roy dalam-dalam. “Tidak. Tidak perlu,” katanya.

Siang itu juga, dia mengirimkan nomor kontak Violette kepada Zain si pengacara. “Langsung hubungi istriku untuk proses selanjutnya.” Dipandanginya satu kalimat balasan yang baru saja ditulisnya. Kemudian dihapusnya kata istriku dan diganti dengan Violette. Diembusnya napas pelan. Mulai saat ini, dia harus membiasakan diri lagi.

***

Di rumah sakit yang lain, Jamie duduk dengan senyuman, menunggu giliran pemeriksaan. “Ini semua Roy yang nyuruh, kan?” tanyanya kepada Theo, entah untuk keberapa kali.

Tentu, Theo tidak menjawab. Dia hanya akan memberikan informasi yang diperlukan kepada orang yang ditunjuk. Selain itu, diam adalah pilihan terbaik.

Jamie tersenyum. Bibirnya yang berdarah tidak lagi terasa sakit. Dirapikannya rambut lurus halus di belakang telinga. Di dalam mulut, dimainkannya lidah yang secuil ujungnya sudah diamputasi Roy. Sakit memang, tetapi dia masih bisa tersenyum. 

Mereka sudah sering main gigit-gigitan. Kadang memberi luka, kadang memar ringan. Bagi Jamie, semua itu adalah love mark yang jadi penanda bahwa dia adalah milik Roy dan Roy adalah miliknya, selamanya. “Lu pasti dimarahin abis-abisan, kan?’ katanya lagi, disertai tawa kecil, “lagian, nendang-nendang seenaknya. Dia langsung nyuruh buat ngobatin gua, kan?”

Theo mengepalkan tangannya, siap menyarangkan tinju lagi ke mulut lelaki yang tidak lelaki itu.

Jamie kembali menggesekkan ujung lidahnya ke langit-langit mulut. “Dia emang cinta mati sama gua.”

Kepalan tangan Theo makin kuat. Pesan dari Bosnya kembali terbayang di benak, “Bawa dia ke rumah sakit untuk general check up.” Dilanjutkan dengan pesan kedua, “Terutama jantungnya, minta periksa dengan teliti.”

Ponsel di saku Theo bergetar, sebuah pesan berisi video masuk ke ruang chat Pak Boss. “Buat bajingan itu,” tulisnya sebagai caption. 

Theo langsung memperlihatkannya kepada Jamie tanpa basa-basi. Suara Roy terdengar tidak lama kemudian. “Aku dan Violette sudah berpisah. Puas? Jangan pernah mengganggunya lagi. Kalau sampai sehelai rambutnya rontok karenamu, siap-siap kepalamu rontok.”

Jamie tersenyum. Matanya berbinar bahagia. Roy masih mau berbicara dengannya.

***

Zain melaksanakan tugasnya dengan sangat baik. Violette bisa tetap fokus mengurusi kakaknya yang masih tetap berada dalam koma meski sudah dua pekan berlalu. Dia datang setiap hari untuk memberi pijatan kepada kakaknya. Kata dokter, itu akan membantunya ketika pulih nanti.

Dia juga sudah mulai bekerja lagi. Tukang sayur di ruko depan perumahan itu membutuhkan asisten dan Violette menerima pekerjaan apa pun selama menghasilkan uang.

Ibu Rijal senang sekali, melihat si gadis kesayangan bekerja di tukang sayur langganannya. “Bosan di rumah?” tanyanya bercanda. Dia masih memandang Violette sebagai seorang istri dari lelaki kaya yang tidak mungkin kekurangan dana.

Violette hanya tersenyum menanggapinya. Namun, Rijal tidak semudah itu tertipu. “Kalian berpisah?” tanyanya, dalam suara yang pelan sekali.

Violette agak terkejut, tapi kemudian kembali membalas dengan senyuman.

Rijal manggut-manggut dan berhenti membahasnya. Dia mulai paham kata-kata Roy tempo hari.

*** 

Roy memutuskan tinggal terpisah dari Violette. Meski begitu, dia memerintahkan Theo untuk terus mengawasi secara melekat tanpa sepengetahuan gadis itu. Bagaimanapun, Jamie masih hidup. Tidak seorang pun bisa memastikan manuver lanjutan dari mantan kekasihnya itu.

Bayi Buat Pak BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang