Aku juga akan menunggumu sampai 10 tahun. Meski jarak memisahkan, aku yakin kita tidak akan melupakan hari ini.
K.W 2009
Pandangan Felicia terasa buram ketika ia memandangi secarik surat kusam yang tersobek dari bagian lainnya yang ia cengkram sejak beberapa menit yang lalu. Dalam bayangannya sekarang, apa yang Nenek May pernah bilang padanya itu cuma bualan, kebohongan, tipuan. Apa jangan-jangan nenek cuma merasa terima kasih karena bantuannya selama sepuluh tahun pernah datang dan membuat Karry tersenyum? Dengan mengatakan itu, ia bisa beristirahat dengan tenang sementara sebenarnya, Karry melupakan masa lalu dan punya pacar?
Apa ia hanya satu-satunya orang yang sakit hati di sini?
Tanpa sadar ia meremas kertas itu sampai remuk sebelum tiba-tiba ayahnya masuk ke ruangan.
"Felicia?" sapa Brian yang baru saja tiba di kamar. Sejak pertemuannya dengan Karry dan basa-basi singkat kalau mereka akan mempertemukan anak mereka lagi ke jenjang yang lebih pasti, Felicia merasa itu semua hanya omong kosong belaka. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sementara sibuk dengan bisnis mereka.
Mereka tidak tahu kalau sebenarnya Karry sama sekali tidak peduli dengan janji masa kecil itu.
"Ya?" tanya Felicia sambil mengumbar senyum tipis dan menyembunyikan kertas itu di balik sakunya. Ia memberi tempat ketika ayahnya duduk dan merangkulnya di sofa panjang. TV sedang menyiarkan salah satu talk show.
"Apa kau dan Karry baik-baik saja? Akhir-akhir ini Karry dan Bernard sibuk membahas bisnis mereka. Sudah sampai tahap perencanaan dan mereka akan memesan giok dari pertambangan kita."
Berusaha menyingkirkan rasa gusar, Felicia tersenyum lembut, "itu bagus, dad. Kau mengincar klien yang tepat untuk usahamu."
Ayah Felicia menarik diri lalu memandang putrinya dengan raut tak yakin. "Kau yakin baik-baik saja dengan Karry? Kau tahu, aku akan mengajukan pertunangan kepada Bernard untuk Karry menyetujui itu."
Mulut Felicia pedas sekali ingin mengatakan kalau usaha ayah hanya akan sia-sia. Tapi suara lain dari pikirannya menyerbu menyetujui. Mungkin ini sebabnya ayah datang. Walau berita itu terkesan mencibir apa yang sedang terjadi pada kenyataan--kalau sebenarnya Karry punya pacar--ia tetap bisa berteguh pada janji masa lalu. Justru, dengan janji itu harusnya Felicia yakin kalau takdir sedang mengubah arah Charlotta Smith kepada jalur yang seharusnya ia miliki sejak dulu bersama Karry.
Suara nenek yang hampir tenggelam seketika terdengar samar-samar. Di pikirannya yang ia simpan sejak dulu, yang ia pikir mungkin mustahil untuk mendapatkan Karry kembali, tapi tiba-tiba itu muncul kembali. Pertambangan ayah, kelas bisnis untuk menyambut sumber eksploitasi baru dan terakhir, kedatangan Karry dari New York. Mungkin nenek sedang menunjukkan kesempatan yang selama ini ia doakan setiap hari.
Walaupun Karry pendiam, tapi nenek tahu sebenarnya dia menyukaimu, Felicia.
Sepercik cahaya yang tadinya kecil seperti cahaya di ujung lorong, kini pelan-pelan membesar memenuhi pikirannya. Nenek benar, bisnis tetaplah bisnis, tapi di balik itu tetap ada takdir yang terjalin jauh sebelum hari ini terjadi. Takdir dari sebuah janji yang dulu mereka ikat di atas kematian nenek.
Sambil mendongak melihat ayah, Felicia bergumam ceria, "kami baik-baik saja, dad. Kalau pertunangan itu, kau tahu aku selalu menyetujuinya."
Sekalipun Charlotta atau gadis manapun menghalangi takdirnya.
xx
Sudah lebih dari tiga hari ini ia tidak menghubungi Karry. Terakhir pesannya hanya kalimat panjang aku akan mengerjakan rencana untuk fabric giok ku. Mungkin tidak bisa bertemu beberapa hari, dan yang sudah dipastikan, ia sibuk dengan segala acara kelas bisnisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince's Secret (Sequel)
Teen FictionCompleted. Setelah resmi berpacaran dengan Karry Wang dan melalui petualangan mencari orangtuanya yang ternyata adalah seorang pengrajin Teddy Bear terbesar di dunia--James Smith, kini kehidupan Charlotta dan Karry terus bersemayam dalam Crown Garde...