Di jalan sepanjang Bund, tepian sungai Huangpu ramai para turis dan pejalan kaki. Pinggir pembatas dipenuhi beberapa anak muda sambil berfoto atau ada yang sekedar menikmati pemandangan. Ide bagus bagi sebuah perkotaan memiliki lanskap yang memanjakan mata. Walaupun Bund yang mengitari sungai terlihat tidak mengujung, tapi udara yang mengembus rasanya bercengkrama akrab dengan hidung Charlotta.
"Kau benar-benar tidak mau menceritakan apa pun soal dirimu?"
Sambil menggigit hot dog yang dibeli dari kafetaria di dekat hotel, Roy menatap Charlotta yang tidak bersemangat menyantap hot dog itu.
"Sebaiknya kau tidak perlu mengetahui apa pun."
Pikiran Charlotta seperti terhenti disatu titik. Wajah Karry yang memelotot kaget dan takjub. Mungkin sekarang ia akan dimarahi atau dicap sebagai orang yang tidak bisa dipercayai lagi. Mengingat ia mengingkari janjinya dan malah melihat Felicia yang menggandeng tangan kekasihnya sendiri. Yang lebih bodoh, ia tidak punya kekuatan untuk menghalangi Felicia dari Karry. Entah kenapa, ketika ia melihat gadis itu dari dekat, rasanya seluruh ambisinya jatuh berserakan. Ia tidak tahu apakah ia berhak memutuskan hubungan itu dan merasa Karry adalah miliknya seutuhnya.
Dalam hati, Charlotta merutuk, mengatainya bodoh. Karry memang miliknya seutuhnya. Ia berhak atas itu.
Kepala Charlotta berdenyut, ia mengerang kecil sambil memegangi kepala belakangnya.
"Kau baik-baik saja? Dari kemarin sepertinya kepalamu bermasalah."
Charlotta mengerjap lelah menyambut angin sambil menatap ke semenanjung dengan mata kepalanya sendiri.
"Kepalaku memang sedang bermasalah sampai rasanya ingin kucopot saja."
"Mau kubantu?"
Charlotta mengendus, menyisipkan senyum tipis. Ketika ia hendak menggigit roti itu, sebuah suara menghentikkannya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Dari belakangnya, Charlotta menoleh kaget. Ia menemukan Karry dengan kaos sederhana yang dilapisi jas hitam berjalan mendekatinya. Dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku, mata Karry menatapnya tajam. Charlotta bisa merasakan Roy memandang keduanya bingung.
"Charlotta, aku bicara padamu." Suara Karry makin merendah dan tajam. Charlotta tak berani mengangkat wajah, Roy dari sebelahnya menyentuh pundak Charlotta pelan.
"Kalian saling kenal?" tanya Roy pelan.
"Dia pacarku."
Ada desir kepuasan waktu mendengar kalimat itu dari mulutnya, tapi Charlotta tidak bisa mengangkat wajahnya. Seluruh pikirannya diisi oleh pemandangan Felicia yang menggandeng lengan Karry. Ia ingin sekali memusnahkan bayangan itu hingga tanpa sadar mencengkram hot dognya sampai hancur.
"Kau--"
"Maka itu, jangan dekat-dekat dengannya."
Charlotta langsung mengangkat wajah, Roy berujar rendah, "hey, santai saja. Aku tidak tahu apa-apa di sini."
"Apa maksudmu, Karry? Dia menemaniku dari semalam sementara kau menghilang tanpa kabar. Sekarang, siapa kau suruh jangan dekat-dekat kalau kau sendiri berduaan dengan Felicia?" Charlotta tidak tahan lagi, sekali kran airnya dibuka, bebas sudah air yang tertahan. Ia merasa tenggorokannya terasa pedas, sepercik keberanian membuat Charlotta balas menatap Karry tajam.
Dari sebelahnya, Roy berbisik rendah sambil beranjak pergi, "telepon aku jika kau butuh teman makan siang."
Karry mengamati Roy dengan ekor matanya saat ia berjalan pergi. Napas Charlotta terasa sesak, ia berbalik menghindari tatapan Karry di belakangnya. Hamparan sungai Huangpu menyambut segala kekacauan pikirannya.
"Jelaskan padaku semuanya," tukas Karry berdiri di sebelah Charlotta.
"Apa kau mau menjelaskan padaku duluan?"
"Kau salah paham," sahut Karry dengan raut datar, "Felicia Liang adalah master kelas bisnisku. Lagipula," ia agak menatap hamparan sungai dengan takjub, "kenapa kau sampai datang ke Shanghai untuk memastikan dia?"
Karry pasti tahu alasan kedatangannya ke sini tanpa membahas jawaban Charlotta. Sebelum Karry, tidak ada yang pernah tahu isi hati Charlotta sejauh dirinya sendiri.
"Karena kau tidak pernah menceritakannya padaku."
Terdengar Karry menghela napas, ia mencengkram pagar pembatas lalu menatap Charlotta lekat-lekat.
"Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan gadis itu, CS."
Hamparan sungai mendesir kencang, angin membawa riak air memerciki beton di bawah Bund. Langit cerah yang tenggelam dalam bayangan yang masih Charlotta ingat jelas membuat kepalanya berdenyut-denyut.
"Cindy bilang... dia terobsesi padamu," pelan-pelan Charlotta mendongak, menatap Karry yang lebih tinggi, "apa ada sesuatu yang tidak kutahu tentang dirimu di 10 tahun yang lalu?"
Poni Karry bergerak-gerak terkena angin, matanya menyorot intens, "ada banyak hal dari 10 tahun lalu yang ingin kutinggalkan."
Bayang-bayang surat kusam yang sekarang ada di dompetnya berkelebat cepat. Dengan segala asumsi dan imajinasi yang tidak ia inginkan antara Karry dan Felicia sudah menumbuhkan segala retak semu di hatinya. Dengan gerak lembut, Karry mengusap pipi Charlotta. Ia ingin menghindar, tapi kehangatan yang menjalar dari sana membuat Charlotta menahan gerakannya.
"Aku tidak mau menceritakan tentang dia karena ... kupikir aku tidak akan bertemu dengannya."
Bagaimana bisa Karry tidak memprediksi hal ini? Sulit menghadapi seseorang yang tak kau kenal mendekati kekasihmu sementara kekasihmu sendiri tidak ingin menjelaskannya. Asumsi yang tadi tertanam rapi, menunggu tumbuh sampai melihat bukti, kini malah makin memenuhi otak Charlotta dengan akar ketidakpercayaan.
"Lalu kapan kau akan menceritakannya padaku? Apa kau berencana tidak akan menceritakannya jika aku tidak ke sini?"
"Itu sudah sepuluh tahun yang lalu CS. Dan kami sudah tidak pernah berhubungan lagi--"
"Tapi kau melakukannya sekarang," sela Charlotta cepat. Sesak kian menanjak naik ke pangkal kerongkongannya. Kerut di kening Karry kian menebal, menatap Charlotta seperti kepergok perselingkuhan.
"Katakan padaku. Apa kau tahu dari Cindy soal Felicia ini?"
Bibir Charlotta membeku, sepertinya ia salah bicara. Ia tidak berencana memberitahu soal sepucuk surat yang ia temukan di Crown Garden. Ia belum ingin membuka gadis itu dari sana. Ia berharap Karry duluan yang menceritakannya, atau setidaknya memberi sedikit penjelasan kalau Felicia bukan seperti yang ada di surat selama ini Karry simpan.
Entah kenapa, Charlotta takut pada sesuatu.
Takut masa lalu Karry terulang dan Charlotta terjebak di antara kisah mereka berdua.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince's Secret (Sequel)
Ficção AdolescenteCompleted. Setelah resmi berpacaran dengan Karry Wang dan melalui petualangan mencari orangtuanya yang ternyata adalah seorang pengrajin Teddy Bear terbesar di dunia--James Smith, kini kehidupan Charlotta dan Karry terus bersemayam dalam Crown Garde...