Denyit mesin berbunyi teratur. Pintu kamar rawat ditutup begitu Natalie dan pengawal keluar kamar. Di sisi ranjang itu, Karry menatap Bernard dengan perasaan lega yang luar biasa.
"Karry, jangan terlalu khawatir. Aku baik-baik saja," ujar Bernard lemas.
"Kau tidak perlu mengatakan itu kalau mau membuatku merasa tenang atas kejadian dulu."
Hening sejenak, keduanya sama-sama meratapi masa lalu yang seperti datang tanpa sebab. Di antara sepi suara dari dalam kamar, Karry jelas bisa tahu kalau Bernard pasti mengkhawatirkannya. Dari antara semua orang, Bernard yang paling tahu kalau kenangan itu tidak pernah berubah.
"Maka itu, apa kau setuju dengan restunya?"
Karry mendelik lemah, ia berharap Bernard tidak membicarakannya, tapi yang Karry tahu soal ayahnya yang keras adalah bentuk keegoisan nomor satu yang selalu Karry hindari. Hanya saja, ketika ia terkapar tak berdaya seperti ini membuat Karry terdiam cukup lama.
"Kau membutuhkannya, lebih dari Charlotta. Apa sekarang Charlotta paham kondisimu?"
Charlotta tidak tahu sama sekali.
Karena Karry tidak ingin melihatmya terluka.
"Kenapa kau ingin merestui Felicia, dad?"
"Karena dia yang tahu bagaimana cara menyembuhkan masa lalumu. Kau mencintainya dulu, aku tahu," ujar Bernard lemah.
Kenyataan atas Karry yang begitu membutuhkan Felicia di sampingnya sekarang, apakah benar-benar sebuah perasaan lama yang menyeruak kembali ke permukaan?
"Dulu," sahut Karry tersekat, "apakah sama seperti sekarang?"
Karry menatap Bernard, pria itu menunggunya melanjutkan.
"Aku tidak ingin Charlotta di sini sekarang, tapi, aku hanya membutuhkan Felicia yang entah kenapa membuatku merasa benar..."
Samar-samar suara mesin saling menyahut, membuat Karry seperti terjebak dalam permainan kata yang tidak ada habisnya. Ia sendiri tidak paham kenapa bisa merasa begitu, tapi yang ia mengerti adalah, bahwa Felicia lebih baik daripada Charlotta untuk sekarang ini. Ia merasa Felicia bisa saja mengubah pandangannya dari masa lalu itu, ke saat ini. Ia ingin menghempaskan segala luka itu kepadanya dan berharap Felicia memahami situasi itu.
Tapi, apakah cara ini benar?
"Kau benar, Karry. Felicia adalah orang yang tepat. Dia yang tahu di mana luka itu berasal, dan dia yang tahu bagaimana caranya untuk menutup masa lalu."
"Tapi hanya sebatas itu, dad." Karry menyela pelan, "aku tidak bisa membiarkan kalian merestui kami."
"She is your first love. Apa kau tidak bisa mengingat perasaan itu kembali?"
Karry menahan bayangan itu agar tidak merebak dalam kepalanya, tapi ia tidak bisa mencegah apa pun. Di sepuluh tahun yang lalu, ia bisa merasakan bagaimana sosok Felicia begitu memperjuangkan apa pun untuk memulihkan kesehatan nenek. Dan kematian nenek bukan semata-mata karena Felicia menipunya.
Gadis itu hanya ingin Karry merasa tenang. Karena dengan ketenangan itu, pelan-pelan Felicia mencari diri Karry dari antara kegelapan. Dari sepi yang menguasai kehidupannya, dengan senyum Felicia, Karry tahu, ketujuh warna bila disatukan akan seindah itu. Dan seperti itulah cara Felicia memikat perasaannya.
Perasaan yang entah bagaimana tidak bisa masuk ke dalam hatinya sekarang. Ia hanya butuh Felicia untuk meyakinkan kalau segala yang ada di masa lalu tidak akan terjadi dan hal itu cukup mengubah pandangannya.
"Maafkan aku, dad. Aku membutuhkan Felicia, tapi hanya sebatas itu. Aku bisa merasakan ketenangan lain ketika Charlotta datang. Walaupun aku menolaknya ke sini, tapi aku sadar, justru hal itu yang benar-benar mengubahku. Aku merasa.. begitu tenang."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince's Secret (Sequel)
Novela JuvenilCompleted. Setelah resmi berpacaran dengan Karry Wang dan melalui petualangan mencari orangtuanya yang ternyata adalah seorang pengrajin Teddy Bear terbesar di dunia--James Smith, kini kehidupan Charlotta dan Karry terus bersemayam dalam Crown Garde...