Semua orang berkumpul, meja makan yang panjang itu dipenuhi banyak sekali makanan. Bertumpuk-tumpuk piring berisi daging potong, sayur, buah-buahan, atau tempura dan ikan segar semua tersedia. Di salah satu bangunan utama kompleks Summer Garden, para pelayan sibuk mondar-mandir mengisi gelas semua kerabat yang hadir.
Nenek May dan Kakek Anthony duduk di kepala meja, sementara kanan dan kiri meja panjang itu penuh oleh keluarga Wang, kerabat Liang, Young dan Han, mereka akan merayakan hari terakhir dan malam terakhir Keluarga Wang di Shanghai. Sebenarnya keluarga Young saat itu hanya sedang berlibur ke Shanghai, dan ia diundang oleh keluarga Han yang waktu itu kebetulan sedang rapat. Kakek Anthony pun mau tak mau menerimanya, walaupun hubungan mereka masih renggang.
"Mari bersulang untuk keberhasilan Bernard atas invenstasi besar New York-nya!" teriak Kakek Anthony sambil mengacungkan punch-nya tinggi-tinggi, diikuti para kerabat lain, berseru penuh semangat.
Anak-anak duduk agak ke belakang, di sepanjang meja itu, Karry, Jackson, Cindy, dan Felicia duduk berdampingan menikmati jus dan makan sambil menghiraukan orangtua mereka. Mereka sibuk mengemil daging dan sayur menggunakan sumpit-sumpit mereka. Hanya Karry yang mengamati Kakek Anthony yang gagah.
Walau wajahnya sudah berkerut dan rambutnya beruban, tapi Karry tidak merasa Kakek Anthony sudah tua. Ia selalu bugar dan gesit. Tidak memakai tongkat seperti kakek yang ia temui di jalan-jalan desa.
"Apa kau benar akan pindah ke New York, Karry?" Cindy bertanya dengan suara menjengkelkannya. Kata Jackson, Cindy tidak pernah berniat bertanya, ia hanya mencoba terlihat perhatian.
"Kenapa? Jangan mengikutinya!" seru Jackson galak. Cindy kecil hanya mengerutkan alis, "apa urusanmu bocah kerdil! Aku bertanya pada Karry, bukan padamu! Emang kau siapa? Babysitter, hah?"
Terdengar gelak pelan dari Felicia. Cindy ikut terkekeh, merasa dapat dukungan.
"Diam kau mulut keriting! Aku kerdil sekarang, tapi lihat saja kalau sudah dewasa nanti. Kau jatuh cinta padaku!"
Cindy hanya menggerutu tanpa suara, gerakan bibirnya dilebih-lebihkan, membuat Jakcson hendak melempar kulit kacang. Tapi Cindy dengan gesit menghindar.
Saat itu, pertanyaan Cindy adalah kesulitan pertama yang Karry sadari, kalau ia tidak pernah ingin pindah ke New York. Karena saat matanya bertemu pandang dengan Felicia, ia merasa ada lekatan rapat yang menolaknya pergi.
Setelah makan-makan, semua keluarga yang sibuk mengobrol satu sama lain itu berkeliaran ke kompleks bangunan tradisional Summer Garden. Mengagumi pahatan klasik dan beranda yang sejuk. Di daerah Qingpu yang hawanya dekat dengan pegunungan dan hutan, jauh berbeda dengan Shanghai yang penuh gedung-gedung. Semua orang menikmati hari yang semakin sore itu dengan mengobrol ria.
Jackson dan Cindy bermain bersama, Karry pergi ke kolam di belakang bangunan kamarnya, sendirian menikmati keheningan. Hanya memandang permukaan kolam yang hening diterpa angin pembuka musim gugur.
Dari belakang, seseorang berjalan mendekat. Karry menoleh dan ia menemukan Felicia dengan rambut dikuncir-kuncir imut tersenyum. Gadis itu ikut jongkok di sebelah Karry lalu mulai menyentuh tangannya.
"Kau tidak ingin pergi, ya?"
Karry sudah terbiasa dengan Felicia yang selalu menggandeng tangannya. Ia bahkan menyukainya.
"Aku tidak tahu. Nenek May tidak ikut, aku jadi malas."
"Kalau begitu, menetaplah. Kau bisa bilang pada ayahmu."
Karry terdiam, menatap permukaan air setenang pikirannya. Apakah ayah akan setuju?
"Aku bisa membantumu bicara," sahut Felicia seperti bisa membaca pikiran Karry. Tiba-tiba senyum Karry mengulas tipis. Ia mengangguk lalu keduanya dengan riang berbalik ke gedung utama, berjalan dengan tangan saling berpegangan.
Bersama Felicia, Karry yang saat itu begitu menggantungkan harapannya pada gadis itu selalu percaya apa pun yang ia lakukan. Tapi, ketika mereka balik ke bangunan utama, suara seseorang menjerit mengejutkannya.
Seseorang dari beranda di dekat pintu roboh, menimbulkan suara gedebuk yang keras dan membuat pegangan Karry terlepas. Ia tersontak ke arah Nenek May yang jatuh pingsan lalu langsung dikerubuti orang-orang. Kakeknya lah yang ia lihat berlari cepat duluan, dibantu ayahnya, menggotong nenek ke kamar. Melewati beranda yang menyambung di setiap bangunannya, Karry berlari mengikuti ayahnya dengan perasaan campur aduk. Meninggalkan Felicia yang membeku di tempat.
xx
"Kau berbohong padaku! Kau menipuku! Kau penipu!!"
Karry melolong, berusaha melepaskan diri dari jeratan Natalie yang menangis tersedu-sedu sementara Karry tak berhenti ingin menyerang Felicia yang duduk dengan penuh air mata. Seluruh kerabat yang tadinya tertawa lepas, bercerita menikmati suasana tiba-tiba seperti dihancurkan badai, mereka menangis dan saling terdiam dengan kenyataan yang terjadi di depan mata mereka.
Nenek May meninggal.
Di atas futon, matanya memejam dan tubuhnya dingin. Anthony tidak di tempat, ayah Karry bersama Brian terlibat perbincangan serius sementara Jackson dan Cindy hanya mengintip dari ambang pintu yang terbuka, menahan tangis.
Karry menjerit-jerit, air mata penuh di wajahnya, ia terkunci oleh Natalie yang memeganginya. Semua orang tertohok, semuanya merasakan kesedihan itu dari suara Karry. Anak yang biasanya jarang bicara, kini menjerit, melolong, menolak kenyataan dengan terang-terangan.
Sama seperti harapan semua orang. Para orang dewasa hanya menatap nanar, tapi tidak berani mengucapkan apa pun.
"Kau bilang kau menyembuhkan Nenek May! Tapi kau hanya membohongiku! Kau pembohong! Aku membencimu! Benci sekali!" Karry berhasil lolos dari jeratan Natalie yang memekik kaget. Karry lantas berlari keluar ruangan, meninggalkan Felicia yang menagis sendirian. Natalie beralih menenangkan Felicia, gadis itu menangis di dada Natalie seperti orang sesak napas.
xx
"Karry, kenapa kau bilang Felicia membohongimu? Apa ia menjanjikan sesuatu?"
Sebelum mayat nenek dikremasi, para kerabat menemani kerabat lain dari luar kota yang berbela sungkawa. Summer Garden yang secerah musim panas, kini beralih berkabut seperti awal musim gugur yang dingin. Karry tidak beralih dari pandangannya ke kolam.
"Felicia bilang nenek sudah sembuh. Karena itu aku menyukainya, aku selalu ingin dia ada di sampingku. Tapi kenyataannya dia membohongiku, sama seperti Cindy yang senang membual. Mereka semua pembohong, mom."
Natalie tahu jelas hubungan Karry sedekat apa, tapi kemudian ia memeluk Karry yang kecil dan pendek sambil berjongkok.
"Aku pikir ia benar-benar menyukaiku, mom. Tapi ternyata Felicia berbohong."
"Sshh.. tidak ada yang tahu kematian seseorang, Karry. Kau tidak bisa menyalahkan Felicia."
"Tapi aku benci dengan semua omongannya. Bagaimana pun, dia tetap berbohong kepadaku. Nenek May tiada!"
Natalie memeluk anak semata wayangnya dengan penuh kasih. Meredam tangisnya ke dalam dekapannya, membiarkan Karry dengan segala kekesalannya terhadap Felicia di atas kenaifan percintaan mereka.
Bagi Natalie, saat itu kematian nenek itu seperti sebuah kenyataan jelas, kalau Karry memang menyukai Felicia.
****
Paling suka nulis waktu kecil Karry :( bentar lagi mau end nih guyss, yuk siapin mental. Kita lihat Karry bakal klemar klemer lagi ngga wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince's Secret (Sequel)
Teen FictionCompleted. Setelah resmi berpacaran dengan Karry Wang dan melalui petualangan mencari orangtuanya yang ternyata adalah seorang pengrajin Teddy Bear terbesar di dunia--James Smith, kini kehidupan Charlotta dan Karry terus bersemayam dalam Crown Garde...