31 : NATALIE & CHARLOTTA

23 8 1
                                    

Pagi itu, Charlotta menemukan dirinya sudah berdiri di depan pintu kamar rawat Bernard Wang yang sepi. Setelah dua jam tidur tidak nyenyak, Charlotta tidak bisa menahan kakinya untuk kembali ke rumah sakit. Ketika ia sampai di depan kamar itu, dari kaca pintu, ia bisa lihat Karry tertidur di samping ranjang masih dengan baju yang sama. Sementara di tangan Charlotta, ia membawa satu tas berisi baju ganti. Ia sengaja membawanya dari kamar Karry, menggunakan kartu Keluarga Wang sebagai alasan untuk bisa membuka kamar Karry. Charlotta tahu pasti Karry tidak ingin melakukan apa pun selain duduk menatap Bernard sampai bangun, maka ia mempersiapkan ini semua.

Di sofa panjang, ada Felicia tertidur bersandar. Sekarang ini masih terlalu pagi untuk membangunkan mereka. Walaupun pedih rasanya mengetahui Felicia ada di sana, tapi Charlotta tidak bisa merasa lebih lega ketika melihat Karry. Rasanya, ketakutan semalam itu seperti pemikiran bodoh yang sering muncul di pikirannya sendiri. Sekarang ini yang harus ia khawatirkan adalah kondisi Karry. Di luar segala ancaman Felicia atau pesimistis Charlotta sendiri.

Charlotta beralih duduk di kursi besi panjang yang ada di depan kamar. Ia menunggu sampai salah satu dari mereka bangun. Ia mengecek ponsel lalu baru ingat kalau ia belum mengabari ayahnya. Charlotta menelepon sebentar, suara James nampak khawatir. Mereka semua tentu khawatir. Apa kabar dengan Natalie juga? Apakah berita ini sudah sampai ke Crown Garden? Mungkin dengan telepon ayahnya, Charlotta bisa menyebarkan berita itu sesegera mungkin.

Tepat Charlotta menutup telepon, pintu kamar rawat Bernard menggeser terbuka. Ia menoleh, mendapati wajah suntuk Karry keluar ruangan. Charlotta refleks bangkit dan menghampiri cowok itu.

"Karry--" Karry membuang wajah, ia hendak beralih tapi Charlotta segera menahannya. Rasa pahit ketika harus mencekal tangan pacarnya sendiri yang berusaha menghindarinya. Sebenarnya, apa yang Karry harus hindari?

"Aku membawakanmu pakaian ganti. Kau.. harus berganti pakaian." Charlotta merasa suaranya melemah. Karry menoleh pelan, ia masih menghindari mata Charlotta, tapi tak masalah. Karry menerima tas itu, dan penerimaan itu lebih dari rasa lega yang membuatnya khawatir.

"Terima kasih," jawab Karry sambil hendak berlalu. Kalau ini yang Karry butuhkan untuk merasa lebih baik, maka Charlotta tidak akan memaksanya. Ia hanya akan menunggu beberapa saat sampai Karry keluar kamar, membiarkan Charlotta masuk ke kamar rawat yang membuat udaranya terasa lebih sesak.

Ia melihat Felicia tertidur dengan anggun. Ia tidak menyadari Karry sudah bangun dan keluar sedang berganti. Charlotta mendekat ke Bernard yang terbaring di ranjang dengan masker napas menutupi setengah wajahnya.

Charlotta masih ingat bagaimana Karry melakukan pertentangan atas perjodohan yang keluarga Young lakukan untuk memperbaiki hubungan keluarga dengan menggunakan Cindy. Kenangan itu selalu ada di wajah Bernard yang kaku. Meski begitu, Charlotta tahu kalau pria itu hanya ingin Karry mendapatkan yang terbaik, dan dengan Bernard yang begitu, cukup meyakinkan Charlotta kalau pria ini sangat menyayangi Karry.

Sambil menyentuh tangan Bernard yang jarang bisa ia lakukan, Charlotta berbisik amat pelan.

"Jangan terlalu lama, Bernard. Karry masih membutuhkanmu."

xx

Udara pagi di sepanjang lorong utama rumah sakit berembus hangat. Para pengunjung sibuk bercakap-cakap bahasa mandarin, para suster sibuk mondar-mandir dari satu ruangan, ke ruangan yang lain. Setelah mendapati Karry kembali berganti pakaian, Charlotta membawakan roti yang ia beli dari kantin rumah sakit, memberikannya pada Karry meski ia tidak yakin akan memakannya.

Setelah berpamitan, Charlotta akhirnya turun dan bersiap untuk pameran nanti sore. Ia turun lewat undakan teras rumah sakit yang luas. Mobil-mobil terparkir luas di halaman depan rumah sakit. Matahari pagi menyorot hangat. Charlotta menyibak rambutnya ketika pintu kaca itu membelah otomatis.

Sebuah mobil panjang tiba-tiba berhenti tepat ketika Charlotta hendak menyebrang. Dari mobil itu, seorang wanita yang amat ia kenal membuat langkahnya terhenti.

"Charlotta!"

Natalie keluar dengan gaun sederhana yang melekat di tubuhnya yang ramping. Ia menyentak pintu mobil dan membiarkannya berlalu sementara Charlotta beralih menyambut wanita itu.

"Natalie, kau take off jam berapa?" tanya Charlotta melepas pelukannya. Mereka berdiri di depan teras rumah sakit yang lebar dan ramai lalu lalang pengunjung lainnya.

Sambil melepas kaca mata hitamnya, ekspresi cemas Natalie baru terlihat.

"Aku terbang begitu mendapat kabar dari Brian. Aku menelepon Karry, tidak diangkat. Untung aku terus meneleponnya selama di perjalanan, dan baru tahu kalau ia yang menemani Bernard," jelas Natalie. Entah kenapa kedatangan wanita itu membuat Charlotta merasa lega. Ia seperti mendapat perlindungan baru untuk merasa yakin atas Karry.

"Kau sudah bertemu Karry?" tanya Natalie lagi.

Charlotta mengangguk dengan senyum samar yang ia usahakan.

"Aku baru saja mengantarkan baju dan sarapan. Kurasa, ia masih membutuhkan waktu sendirinya. Jadi, aku kembali ke hotel saja."

Tangan Natalie mencegahnya, sorot mata Natalie menelisik ke dalam getir yang Charlotta berusaha sembunyikan.

"Charlotta, tetaplah di sini. Karry membutuhkanmu lebih dari siapa pun." Ucapan itu praktis membuat Charlotta beringsut perih. Ia refleks membuang wajahnya, melepaskan tatapan Natalie yang terus menggalinya lebih dalam seakan ia tahu apa yang Charlotta pertahankan sedari tadi.

"Aku akan di sini jika Karry meminta, Natalie. Tapi.. kalau ia tidak ingin aku ada, buat apa aku memaksanya?"

Charlotta merasa tangan Natalie meremasnya lebih erat, "aku tahu, tapi... Karry tidak pernah tahu kalau ia lebih membutuhkanmu. Kadang, Karry bisa sebodoh itu, bukan?"

Seharusnya Natalie tahu apa yang terjadi, bukan? Walaupun ragu, tapi Charlotta berterima kasih karena memiliki kepercayaan itu darinya.

"Aku tahu Karry sejak ia lahir, Charlotta. Aku tahu perasaannya walau beribu-ribu mil kami terpisah. Dan aku yakin, apa yang Karry rasakan saat ini, hanya karena ia belum bisa pergi dari kematian May."

Charlotta tahu itu. Natalie jelas mengerti kehadiran Felicia mungkin cukup meng-trigger Karry untuk kembali ke masa lalunya.

"Aku tahu, Nat," Charlotta memaksakan senyum getir, "maka itu aku ingin memberi Karry waktu. Setidaknya, kalau pun aku tidak dibutuhkannya, aku selalu berusaha di sampingnya. Tapi sekarang, aku belum bisa. Ini hanya baru beberapa jam sejak Karry merasa baikan, dan aku tidak mau memaksanya untuk menerimaku," ujar Charlotta, "Karry harus menerima dirinya sendiri sebelum menyadari siapa pun yang datang ke kehidupannya, Nat. Tapi bukan aku untuk saat ini ia butuhkan. Ia lebih membutuhkan dirinya sendiri."

Natalie terdiam cukup lama, ia mengerjap cepat untuk mengusir matanya yang berkaca-kaca lalu memaksakan senyum. Bahkan bukan Charlotta saja mungkin, untuk sebagian penghuni Crown Garden, atau Bernard sendiri tahu, kalau masa lalu itu masih jauh untuk diterima Karry sendiri.

****

The Prince's Secret (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang