Bab 12 Kerja Sama

2.9K 258 6
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading ❤️

Indra pendengaran yang ramai dipenuhi dengan suara detak jantung yang bertaluan, menemani Daizy kala mata tajam itu terus saja menghunus netra bulat Daizy. Dito yang telah pergi entah ke mana sambil membawa kayu bersamanya dan Sari yang hanya diam mematung dengan matanya yang ikut membulat ketakutan, tak bisa menyelamatkan Daizy dari amukan Aldafi.

Tak terhitung berapa kali Daizy menelan salivanya karena tenggorokannya senantiasa mengering.

“Lo mau balas dendam masalah kemarin kan ?!” bentak Aldafi lagi yang membuat Daizy tersadar.

Daizy menghirup udara dengan terburu-buru, tanpa sadar dia menahan nafasnya sedari tadi. Daizy melihat Aldafi yang masih setia menatapnya.

“E-enggak kok, kan niatnya bantuin Dito,” elak Daizy yang sangat kentara sekali jika sedang berbohong.

“Udah cukup semuanya, gue mau pergi !” ujar Aldafi.

Refleks tangan Daizy meraih lengan Aldafi. Aldafi berbalik dan menarik tangannya dengan keras hingga Daizy sedikit tertarik ke arahnya.

“Apaan lagi sih ?!”

“J-jangan pergi, kan belum selesai,” ujar Daizy.

Sari yang melihat hal itu hampir mengalami jantungan. Padahal ia sudah lega saat Aldafi akan pergi, tapi sekarang Daizy malah mencegatnya dan memintanya jangan pergi.

“Bodo amat, gue muak sama kalian !” Aldafi langsung pergi meninggalkan mereka, ia mempercepat langkahnya agar Daizy tidak bisa mencegatnya.

Mungkin keberuntungan tidak berpihak pada Aldafi saat ini, dari dalam muncullah Dito dan Tita yang masih memegang spatula dengan sedikit minyak diujungnya. Aldafi langsung berhenti dan mengumpat dalam hati.

“Mau ke mana ?” tanya Tita sambil mengetuk-ketukkan kakinya ke lantai.

Aldafi menghela nafas lelah.

“Kamar,” jawab Aldafi dengan nada rendah tidak seperti tadi.

Tita melihat ke belakang Aldafi dan hanya melihat kayu yang berdiri.

“Belum selesai tuh buat replikanya,” ujar Tita yang membuat Aldafi menghela nafas lagi.

“Kalau kamu enggak bantuin sampai selesai, kamu enggak boleh milih kampus sendiri,” ancam Tita.

“A-apa ?” Aldafi kehabisan kata-kata, ia tahu jika mamanya sudah berbicara tidak bisa diganggu gugat.

Aldafi melihat ke arah Dito yang masih setia bersembunyi di belakang Tita, Aldafi menatapnya tajam membuat Dito semakin beringsut ke tubuh Tita.

Aldafi menghela nafas lagi, lalu ia berbalik dan berjalan ke taman. Dito yang sedari tadi bersembunyi pun mulai menampakkan tubuhnya dan melihat punggung Aldafi yang mulai menjauh, lantas ia menghembuskan nafas dengan lega.

“Makasih ma, Dito ke sana dulu ya,” ujar Dito.

“Sip,” Tita mengacungkan jempolnya lalu masuk ke dalam.

Dito langsung mendekat ke arah Daizy dan menunjukkan kayu yang sudah menjadi dua itu. “Kayak gini ?”

“Bagus, ya sudah langsung kamu pasang aja ya,” ujar Daizy.

Daizy melihat ke arah Aldafi yang enggan melihat ke arahnya. Tidak mau moodnya ikut-ikutan buruk karena melihat Aldafi, Daizy pun mengambil kain hitam yang tadi dilempar Aldafi, lalu ia duduk untuk mulai membuat baju hantunya.

Daizy menggunting garis-garis yang tadi ia buat dibantu Sari. Tak butuh waktu lama, kain yang tadinya utuh pun sudah terbelah menjadi beberapa bagian. Lalu Daizy menggelar kain itu agar bisa dengan jelas melihat bentuknya sekarang.

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang