Bab 43 Bukan Marah, Tapi Khawatir

2.6K 176 2
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading❤️

Daizy mencoba untuk berdiri, namun kakinya sudah tidak sanggup untuk digunakan lagi. Akhirnya Daizy pun merangkak ke arah toko berharap ada seseorang di sana.

“Lihatlah, kamu yang datang nemuin aku ke kompleks 5D ini dengan sendirinya tanpa repot-repot aku nyulik kamu,” ujar laki-laki itu, “Terima kasih Tuhan, karena kau sangat baik kepada pecundang seperti aku ini, hahahah !”

Laki-laki itu tampak senang, ia merentangkan kedua tangannya di udara. Daizy semakin ketakutan melihat laki-laki yang sepertinya memang gila itu.

Daizy menggedor-gedor pintu kaca toko itu dengan kuat sambil berteriak minta tolong, namun penjaga toko di sana sedang menggunakan earphone sehingga ia tidak bisa mendengar teriakan Daizy.

Daizy melihat ke arah laki-laki tadi yang saat ini terduduk di tanah. Ia berusaha untuk menyadarkan diri dari mabuknya dengan cara mengetuk-ketuk kepalanya.

Beberapa saat kemudian, ia melihat ke arah Daizy dan menyeringai dengan seramnya. Kini, Daizy bisa melihat dengan jelas siapa laki-laki itu. Ia adalah Dimas, laki-laki yang Marta ceritakan suka menggunakan obat terlarang dan minuman beralkohol.

 Dimas tampak sedang membawa sesuatu di tangan kirinya. Daizy mengusap air matanya mencoba untuk memperjelas penglihatannya.

Mata Daizy membelalak saat melihat Dimas sedang membawa botol alkohol yang dibalut dengan jaket berwarna biru langit miliknya yang kemarin hilang, ternyata pencuri itu adalah Dimas. Belum selesai keterkejutan Daizy, Dimas merangkak dengan cepat menuju ke arahnya. Daizy kembali menggedor pintu itu berharap si penjaga toko melihatnya. Namun nihil, penjaga toko itu tetap fokus ke handphonenya.

“Toloooooong !”

Brak

Brak

Brak

Dimas hampir saja menggapai kaki Daizy jika Daizy tidak langsung merangkak pergi. Dengan air mata yang berlinangan Daizy mengorbankan lututnya agar bisa menjauh dari Dimas yang mulai menggila.

Dimas berhasil meraih pundak Daizy dan ia langsung menidurkannya ke aspal, Dimas mengunci tubuh Daizy agar ia tidak bisa bergerak.

“Tolong !” teriak Daizy, “Toloooooong !”

“Ssttt, tenang sayang, tidak akan ada yang mendengar kamu, sekarang kita bisa bersenang-senang tanpa gangguan dari cowok-cowok sialan itu lagi !” ujar Dimas. Cowok-cowok sialan yang ia maksud adalah Aldafi, Galang dan Dito.

“Aaah iya, apakah cowok tengil yang ngaku pacar kamu itu, beneran pacarmu ?” tanya Dimas dengan raut wajah penasaran.

“Toloooooong !” teriak Daizy.

“Hmm kayaknya sih iya, soalnya dia kalah gara-gara lihat aku bawa jaket kamu, hahahah !” Dimas tertawa terbahak-bahak seperti telah melihat sesuatu yang sangat lucu.

Daizy pun terdiam, ia teringat saat Aldafi melihat dengan tajam ke satu arah waktu itu.

“Mau apa kamu hah ?!” bentak Daizy.

“Hmm hanya ingin bersenang-senang karena aku menyukaimu,” ujar Dimas sambil menyeringai, “Aku tahu kamu juga suka sama aku kan, buktinya kamu senyum maniiiiiis banget waktu itu.”

Dimas mendekatkan wajahnya ke wajah Daizy berniat untuk menciumnya. Daizy pun berontak dengan cara meludahi wajah Dimas.

“Aku enggak suka kamu, cuih !” Daizy meludahi wajah Dimas lagi.

Dimas yang diludahi pun tidak terima dan menjadi sangat marah.

“Kurang ajar, wanita jalang !”

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang