Bab 17 Kakak Tingkat Aneh

2.9K 232 15
                                    

Daizy langsung memalingkan wajahnya menghadap ke Ruri lagi setelah melihat siapa dia. Daizy menurunkan tangan Ruri yang masih menunjuk dia.

“Udah turunin,” ujar Daizy, wajahnya menjadi masam.

“Kenapa, kamu kenal ?” tanya Ruri, ia merasa aneh melihat wajah masam Daizy karena Daizy tidak pernah seperti ini jika bertemu orang baru.

“Dia itu tetangga baru yang aku ceritain ke kamu.”

“Oh, jadi dia !” Ruri berdiri sambil menunjuk mahasiswa itu lagi.

Daizy yang panik pun segera menurunkan tangan Ruri, ia menoleh ke belakang dan pandangan mereka bertemu. Sempat muncul rasa menyesal memberitahu Ruri tentang Aldafi. Daizy segera menarik tangan Ruri untuk pergi ke sana, tapi Ruri menolak dan dia langsung duduk.

“Ngapain kamu yang ngehindar, seharusnya dia minta maaf dong !” ujar Ruri masih dengan nada tinggi.

“Sssttt, nanti dia denger,” bisik Daizy.

“Eh dia ke sini !” ujar Ruri heboh tanpa mendengarkan ucapan Daizy.

Daizy menoleh dan benar saja, Aldafi sedang menuju ke arah mereka sambil membawa nampan berisi mangkok dan segelas jus jambu. Tapi sepertinya dia tidak berniat untuk menghampiri Daizy karena Aldafi sibuk mencari bangku yang kosong.

“Kak, duduk di sini !”

Daizy kaget dan langsung melihat ke sumber suara. Ia mendapati Ruri sedang melambaikan tangan kepada Aldafi.

“Apaan sih Rur, jangan !” ujar Daizy berbisik, namun penuh penekanan.

Seorang mahasiswi dan dua temannya datang mendekat ke arah Aldafi. Ia menempelkan lengan atasnya ke lengan atas Aldafi, lalu tersenyum sok imut. Aldafi memandangnya dengan jijik, ia menjauhkan tubuhnya.

“Kita duduk di mana ?” tanyanya kepada Aldafi.

Aldafi tidak menjawab pertanyaannya, ia langsung pergi meninggalkan mahasiswi tadi.

“Eh, dia beneran ke sini, kali ini aku enggak bohong,” ujar Ruri heboh sambil menepuk-nepuk pundak Daizy dengan cukup keras.

“Aduh sakit Rur,” Daizy mengelus pundaknya yang sakit. Mungkin pundaknya sudah memerah di balik kemeja putih yang ia kenakan.

“Silakan duduk kak,” ujar Ruri sambil tersenyum, ia menunjuk kursi di sebelah Daizy.

Daizy hanya melirik Aldafi yang duduk di sebelahnya, rasanya canggung bertemu dengan Aldafi setelah beberapa minggu tidak saling sapa. Mahasiswi tadi langsung duduk di samping Aldafi, sedangkan kedua temannya duduk di samping Ruri.

“Ternyata lo udah nyiapin duduk buat kita ya ?” tanya mahasiswi tadi dengan sangat percaya dirinya.

“Mohon maaf kakak, eeee kalian siapa sih ?” tanya Ruri yang tampak risih.

Mahasiswi itu melihat ke arah Ruri dengan tatapan sombong dan merendahkannya.

“Rin,” ujar mahasiswi itu kepada temannya yang duduk tepat di samping Ruri.

Merasa ditunjuk, mahasiswi bernama Rina itu pun langsung mempersiapkan dirinya untuk mengenalkan dirinya dan teman-temannya.

“Gue maklum kalau lo enggak tahu kita karena lo maba dan pastinya kudet banget. Kenalin kita adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya tingkat 3 yang populer di seluruh antero kampus ini. Kalau lo tanya ke semua mahasiswa dan mahasiswi di sini mereka pasti tahu ....”

“Langsung ke inti,” ujar Ruri memotong ucapannya yang sangat tidak penting.

Mahasiswi itu memutar bola matanya malas, “Enggak sopan banget lo ke kating, oke gue maafin lo sekarang karena gue baik hati. Nama dia Oktasya Karina, Queen Univ Bangsa,” Rina menunjuk dengan kedua tangannya ke mahasiswi yang bernama Okta itu, lalu Okta mengibaskan rambutnya dengan sombong, “Gue Rina Maura dan temen di sebelah gue ini Realika Ayunda.”

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang