Bab 73 Bagaimana Kalau Tidak?

2.1K 188 9
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading❤️

Daizy duduk di samping Ruri yang fokus melihat penampilan-penampilan dari para mahasiswa yang sangat memukau. Ruri yang menyadari kehadiran Daizy pun menoleh, ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan sahabatnya itu.

“Habis nangis, hidungnya kok merah ?” tanya Ruri khawatir.

“Eng-gak, tadi bersin-bersin karena kedinginan,” ujar Daizy berbohong. Ruri merasa sedikit janggal.

"Kamu enggak papa kan ?"

"Hm," gumam Daizy, ia hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

"Bagaimana kalau tidak ?" batin Daizy.

Tanpa sengaja pandangan Daizy tertuju ke bangku belakang yang lumayan sepi karena para mahasiswa duduk di bagian depan. Matanya bertemu tatap dengan mata tajam dan dingin yang sedang menatap ke arahnya juga, Aldafi.

Hati Daizy tiba-tiba nyeri saat melihatnya. Ia langsung memalingkan wajahnya saat air mata hampir saja jatuh dari pelupuknya.

Ruri menarik tangan Daizy karena melihat ada goresan yang di sekitarnya terdapat tanah kering. Ia terkejut karena luka itu masih segar yang artinya Daizy baru saja mendapatkannya.

“Ini kenapa tangan kamu luka ?”

Daizy juga tampak terkejut melihat ada luka di tangannya. Tiba-tiba ia teringat saat Okta melemparkan pot ke arahnya. Ia memang merasakan pot itu sedikit mengenai tangannya, namun Daizy tidak menghiraukan luka itu.

Daizy baru merasakan perih di tangannya, padahal sebelum ini ia tidak merasakan apapun.

Aldafi yang mendengar percakapan mereka dengan cukup jelas pun curiga. Entah mengapa firasatnya mengatakan ada sesuatu, namun ia memilih untuk mengabaikannya.

“A-ah, tadi tangan aku enggak sengaja kena pot yang ujungnya runcing, jadi luka deh,” Daizy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu menyengir.

Ruri tampak kesal dengan Daizy yang menjadi sangat ceroboh seperti ini. Ia pergi mengambil obat untuk mengobati luka Daizy. Daizy hanya bisa pasrah dan mengiyakannya.

“Terima kasih untuk penampilan Band UNBA yang sangat memukau, beri tepuk tangannya,” perintah sang MC dan para mahasiswa pun langsung bertepuk tangan dengan meriah, termasuk Daizy.

“Hmm, tadi ada seorang mahasiswa yang mengatakan kalau dia mau naik ke panggung untuk mengatakan sesuatu untuk orang spesialnya loh,” ucap MC itu sambil tersenyum jahil, “Kira-kira siapa ya orangnya ?”

Para mahasiswa dan mahasiswa seketika saling berpandangan satu sama lain. Mereka mulai mencurigai orang-orang yang ada di sekitarnya.

“Enggak tahu, kasih tahu dong !” teriak salah seorang mahasiswi yang tampaknya sangat tidak sabar.

“Baiklah, tanpa berlama-lama lagi, mari kita panggilkan,” MC itu menggantungkan ucapannya. Para mahasiswa semakin penasaran, ditambah lagi dengan iringan drum yang semakin memacu rasa penasaran mereka.

“Okan Budimantara, mahasiswa hukum tingkat 5 !”

Mulut dan mata Daizy langsung membulat sempurna. Daizy menjadi sangat senang dan antusias, ia berdiri untuk melihat apakah benar itu adalah Okan yang ia kenal.

Ketika mahasiswa yang dimaksud naik ke panggung, Daizy semakin senang sampai rasanya ia ingin sekali loncat-loncat, namun ia masih memikirkan reputasinya sebagai Brand Ambassador yang baru didapatnya.

“Ruri ke mana sih, pasti dia seneng kalau tahu,” ujar Daizy sambil celingukan mencari Ruri.

Ruri pun berjalan ke arah Daizy sambil sibuk melihat obat merah dan kapas yang ada di tangannya.

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang