.
.
.
.
.
Maaf, up ke maleman^^
Happy Reading❤️Aldafi menarik Daizy sampai mereka berada di jembatan penghubung antara Universitas Ilmu Budaya dan Universitas Hukum.
Sejak tadi Daizy hanya fokus melihat ke arah tangannya yang digenggam oleh Aldafi, ia tidak sadar jika sudah jauh dari Rey. Aldafi yang menyadari arah pandang Daizy langsung melepaskan genggamannya.
Mereka berdua segera mengalihkan pandangan ke arah danau, menikmati pemandangan yang selalu terlihat indah meskipun di pagi hari.
Suasana canggung masih menggantung di antara mereka. Tidak ada yang berniat untuk membuka pembicaraan.
“Daizy !” seru seseorang yang sangat Daizy kenal suaranya.
Daizy dan Aldafi melihat ke sumber suara dan benar saja, Ruri sedang berjalan riang ke arah mereka atau lebih jelasnya ke arah Daizy seperti biasanya.
“Gimana kemarin, lancar ?” tanya Ruri masih semangat. Namun, beberapa detik kemudian ia sadar dengan raut wajah dingin Daizy.
“K-kenapa ?” Ruri menelan salivanya susah payah.
Ia melihat ke arah Aldafi dengan raut wajah kebingungan.
“Loh kok sama dia ?" batin Ruri.
"Kalian udah baikan ?" tanya Ruri.
“Aku gak nyangka kalau kamu diam-diam bantuin Kak Rey buat bohongin aku !" ucap Daizy tanpa menjawab pertanyaan Ruri.
Ruri mundur beberapa langkah. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi.
“E-eeenggak gitu maksud aku,” ujar Ruri tergagap.
“Apa ?” Daizy mencoba untuk menahan amarahnya, “Kamu tahu ? Dia nembak aku kemarin dan hal itu buat aku jadi semakin kacau !”
Ruri diam membeku. Rasa bersalah berhasil menguasai dirinya. Ia pun juga merasa dibohongi oleh Rey.
“Rey sialan !” batin Ruri.
“M-maaf, a-aku enggak mmmaksud,” bulir-bulir bening berhasil jatuh dari mata Ruri bersamaan dengan kata maaf yang ia ucapkan.
“Daizy !” Rey berlari mendekat ke arah Daizy lagi. Daizy menghembuskan nafas jengahnya. Satu masalah belum selesai sudah datang masalah lain.
“Daizy, aku mohon kamu dengar aku kali ini aja,” mohon Rey, ia berlutut di hadapan Daizy.
Rey meraih tangan Daizy, ia menggenggamnya dengan erat. Daizy merasa kesulitan melepas genggaman Rey karena tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Rey.
“Cukup !” teriak Ruri. Ia melepas genggaman Rey, lalu menarik kerah baju Rey.
“Lo apa-apaan sih ? Lepas !” Rey berhasil lepas dari cengkeraman Ruri.
“Brengsek lo ya !” bentak Ruri.
Rey menautkan alisnya, "Lo harusnya bantuin gue bujukin Daizy !”
“Lo enggak lupa kan kalau yang kemarin itu pertama dan terakhir kalinya gue bantuin lo !” Ruri menatap Rey dengan tatapan marah, “Lo udah sia-siain kesempatan itu dan lo masih berharap gue buat bantu lagi ?”
Ruri mendorong pundak Rey dengan kuat.
“Mending lo pergi sebelum mempermalukan kita semua,” ujar Ruri sambil melirik ke arah sekitar.
Rey pun sadar jika sekarang mereka pusat perhatian. Banyak mahasiswa dan mahasiswi yang melihat bahkan mengambil foto mereka.
Rey melihat ke arah Daizy dengan tatapan penuh harap, namun Daizy enggan untuk melihat wajahnya. Rey tidak bisa berbuat apa-apa lagi, akhirnya ia pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Neighbor [Complete]
Romantizm(Tidak direvisi, banyak typo dan kadang-kadang rancu)🙏 Kisah perjuangan seorang gadis dalam menaklukkan hati tetangganya yang dingin. ~~~~~ Daizy Inara Selva adalah seorang gadis periang, pintar, aktif, namun penakut. Ia suka menolong orang dan dia...