Bab 72 Naif

2K 182 24
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading❤️

Sudah setengah jam lebih Ruri menunggu Daizy sendirian di ruang tunggu dengan perasaan cemas. Saat ini ia sendirian karena Deby harus mengangkat telepon dari Rika.

Ruri berjalan mondar-mandir sambil terus memikirkan Daizy, ia takut Daizy akan gugup dan berakhir tidak bisa melewati tahap wawancara itu.

Pintu pun terbuka, Daizy langsung berlari ke arah Ruri, “Gimana, semuanya lancar kan?” tanya Ruri.

Daizy tersenyum senang dan matanya berseri-seri membuat Ruri sedikit heran. Daizy terlihat seperti orang yang baru saja kencan, bukan wawancara.

“Lancar, kamu tau kenapa ?” Daizy menarik Ruri dan ia mendekatkan mulutnya ke telinga Ruri, “Karena tadi Dafi nenangin aku.”

Mata Ruri berkedut dan wajahnya menjadi masam. Ia memutar bola matanya dengan malas.

"Kok bisa ?" tanya Ruri curiga. Daizy hanya mengendikan pundaknya.

“Oh, jadi itu alasan kamu buang cokelat dari Kak Rey ?” Ruri menunjukkan cokelat yang tadi ia temukan di tempat sampah. Daizy tampak terkejut melihat cokelat yang tadi ia cari, kini berada di tangan Ruri.

“Kamu temuin ini di mana, tadi aku cari-cari enggak ada ?”

“Di tempat sampah, aku kira kamu yang buang.”

Daizy dan Ruri saling berpandangan dengan raut kebingungan. Ruri melirik ke arah Aldafi yang sejak tadi berada tidak jauh di belakang Daizy dengan curiga.

“Ya udah sih enggak penting. Yang penting sekarang itu, cokelat dari Kak Rey udah ketemu,” ujar Ruri dengan cukup lantang. Ia menarik satu sudut bibirnya dengan sinis sambil melirik ke arah Aldafi.

Daizy hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanpa tahu apa-apa. Tiba-tiba tubuhnya terdorong ke depan karena Aldafi menabrak tubuhnya dari belakang.

“Heh, lo enggak lihat jalan seluas ini sampai nabrak orang ?!” teriak Ruri kepada Aldafi, namun Aldafi menghiraukannya dan terus berjalan pergi.

Daizy tersenyum sambil melihat punggung Aldafi yang semakin menjauh, “Ini kamu aja yang makan,” Daizy memberikan cokelat itu kepada Ruri.

“Kenapa ?”

“Dafi ngelarang aku nerima cokelat itu,” ujar Daizy tersipu malu.

“Dari mana kamu tahu ?”

“Tadi, waktu dia nabrak aku, dia seperti berbicara dari tubuhnya.”

Ruri menepuk keningnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, frustrasi melihat sahabatnya bucin akut seperti sekarang.

🍁🍁🍁

Daizy menghampiri Aldafi yang sedang duduk di depan laptopnya. Daizy mengetuk pundak Aldafi pelan-pelan dengan jari telunjuknya.

“Dafi, aku mau berterima kasih karena kamu udah nenangin aku tadi,” ujar Daizy dengan tulus, namun Aldafi menghiraukan dirinya, seperti tidak ada Daizy di dekatnya.

Senyum Daizy perlahan turun dan matanya kembali sendu. Ia kecewa karena ekspektasinya sendiri. Daizy kira Aldafi sudah mau berbicara kepada dirinya.

Ruri yang melihat dari kejauhan sambil memakan cokelat yang tadi Daizy berikan kepadanya, hanya bisa menatap sahabatnya dengan miris.

“Halo guys, I'm back !” teriak Deby yang tidak menyadari suasana canggung tadi.

“Deb, bilangin ke orang yang tadi ngomong ke gue, kalau gue ngelakuin itu karena gue enggak mau ada yang ngerusak usaha gue !” ucap Aldafi dingin dan datar.

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang