Bab 69 Menunggu yang Tak Mau Ditunggu

2K 184 12
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading❤️

Daizy segera bangkit setelah sekian lama hanya termenung di depan gerbang rumahnya. Ia buru-buru menghapus air mata yang tidak mau berhenti menetes sambil berlari menuju rumah Aldafi.

Tok

Tok

Tok

Daizy mengetuk pintu rumah Aldafi dan beberapa saat kemudian pintu pun terbuka, menampilkan Dito di sana.

“Kak Daizy, lo kenapa ?!” tanya Dito dengan kekhawatiran yang tampak jelas tercetak di wajahnya. Ia memegang pundak Daizy agar Daizy tenang.

“Dafi, Dafi,” hanya itu yang bisa Daizy katakan. Daizy sangat kelimpungan sampai tidak bisa berpikir dengan jernih.

“Kenapa, ada apa sama kalian berdua ?” tanya Dito lagi.

“Dafi di mana, dia di mana ?”

“D-dia masuk ke kamarnya, dia kayak marah banget tadi.”

“A-aku mau ke sana.”

Daizy segera berlari ke kamar Aldafi saat Dito mempersilahkannya untuk masuk. Dito yang penasaran pun ikut berlari mengejar Daizy ke kamar Aldafi.

Di sana, Daizy mengetuk-ketuk pintu kamar Aldafi sambil memohon kepadanya agar Aldafi membukakan pintu untuknya.

“Dafi hiks, aku mohon, dengerin penjelasan aku dulu. Ini enggak kayak yang kamu pikirkan, hiks.”

Tidak ada jawaban apa pun dari dalam membuat Daizy semakin terpuruk. Dito yang melihat Daizy menangis pun menjadi tidak tega.

“Kak, bukain pintu dong buat Kak Daizy !” ujar Dito yang tidak mendapatkan jawaban juga.

“Dafi, hiks. Aku mohon,” tubuh Daizy pun ambruk, namun hal itu tidak menghalanginya untuk terus mengetuk-ketuk pintu kamar Aldafi.

“Kak Daizy,” Dito mengguncang pundak Daizy, namun Daizy menghiraukannya.

“Dafi, buka pintunya,” gumam Daizy sambil menatap pintu kamar Aldafi dengan tatapan kosong, “Jangan perlakukan aku seperti ini.”

Dito merasa sudah terjadi sesuatu yang besar antara mereka karena Daizy tidak pernah mengatakan apa pun saat Aldafi memperlakukannya dengan buruk dulu. Namun, sekarang ia mengatakannya.

“Kak !” Dito mengguncang pundak Daizy lebih kuat, namun Daizy masih tetap mengabaikannya.

“Dafi buka pintunya, hiks.”

“Kak, sadar !” Dito memegang kedua pundak Daizy dan memaksanya untuk melihat ke arahnya. Ia menatap Daizy dengan tajam berusaha untuk menyadarkan Daizy.

“Jangan kayak gini kak, sadar !” bentak Dito tepat di depan wajah Daizy.

“T-tapi, Dafi,” Daizy kesulitan untuk bernapas, “D-dafi m-mmarah, b-berakhir. E-enggak, huwaaaah.”

Dito menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia tidak mengerti apa yang Daizy katakan.

“Apanya yang berakhir, apanya yang enggak ?” tanya Dito dengan kernyitan di dahinya.

Daizy menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berusaha untuk bernapas. Ia sampai harus memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.

“Kak, cukup !” Dito menahan tangan Daizy agar ia berhenti memukuli dadanya.

Dito mencoba untuk mengagkat tubuh Daizy, namun Daizy bersikeras tidak mau beranjak dari sana. Dito sampai harus menggendong Daizy ala bridal style dan membawanya ke menuruni tangga.

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang