Bab 3 Permintaan

4.6K 380 36
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading ❤️

Suasana menjadi hening kala Aldafi pergi. Tiba-tiba saja Dito tertawa hingga membuat kaget semua orang yang ada di ruang makan.

"Kamu kenapa sih ?" tanya Daizy merasa heran.

"Hahaha, aduh-aduh maaf malah jadi ketawa."

Dito memegangi perutnya yang mulai keram karena tertawa terbahak-bahak. Daizy masih melihat Dito dengan tatapan anehnya.

"Kakak sama adik, sama-sama aneh," batin Daizy.

"Sudah-sudah ayo makan lagi," ujar Tita.

Makan pun berlanjut tanpa kehadiran Aldafi. Daizy melihat masih banyak sisa makanan di piring Aldafi. Mungkin jika ia tidak datang Aldafi bisa makan dengan tenang, pikirnya.

Setelah beberapa menit, semua sudah menghabiskan makanan di piring masing-masing. Daizy membantu Tita membawa piring-piring kotor ke wastafel. Lalu Daizy mencuci piring meskipun Tita melarangnya, ia tetap melakukannya.

Setelah selesai mencuci piring, Tita meminta Daizy agar tidak pulang terlebih dahulu. Daizy pun duduk di ruang tamu bersama Tita dan Genta.

"Maaf ya Daizy, tante minta kamu jangan pulang dulu, ada yang mau tante bilang ke kamu," ujar Tita membuka pembicaraan.

"Iya tante, enggak papa. Lagi pula ibu belum pulang," jawab Daizy tak keberatan, "Tante mau bilang apa ?" tanya Daizy.

Tita melihat ke arah Genta, Genta mengangguk untuk meyakinkan Tita. Yang melihat itu menjadi deg-degan, rasanya ia seperti mendapat firasat buruk.

Tita melihat ke arah Daizy lalu tersenyum.

"Tante sama om ingin meminta sesuatu ke kamu."

"Minta apa ya tan ?"

"Tante sama om minta kamu agar bisa mendekati Aldafi. Emm, ini lebih seperti agar kalian bisa berteman dekat," ujar Tita, matanya penuh harapan menatap Daizy.

Deg

Jantung Daizy serasa berhenti. Membayangkan wajah Aldafi saja sudah membuatnya marah, bagaimana bisa ia akan mendekati Aldafi ?

"Hmm, tapi kenapa ya tante ?"

Wajah Tita kini berubah menjadi sedih. Daizy merasa kasihan melihat Tita seperti itu, karena biasanya Tita selalu menunjukkan wajah ceria.

"Maaf jika tante merepotkan kamu dengan permintaan ini. Tapi sebagai seorang ibu, tante merasa sedih dengan sikap tertutup Aldafi. Mungkin saja jika dia mengenal kamu, dia bisa lebih terbuka. Tante takut jika Aldafi terlalu banyak menutupi sesuatu," air mata Tita pun menetes, ia sudah tak kuasa menahannya.

Rasanya Daizy juga ingin menangis, ia sungguh tidak tega melihat orang lain menangis.

"Baik tante," jawab Daizy dengan mantap.

Tita dan Genta melihat ke arah Daizy.

"K-kamu mau ?" tanya Genta.

"Iya om, Daizy mau," jawab Daizy, "Sudah ya, tante jangan nangis, Daizy akan berusaha membuat Aldafi terbuka."

"Terima kasih nak," Tita memeluk Daizy.

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang