.
.
.
.
.
Happy Reading❤️13 jam yang lalu
Aldafi berniat untuk pergi ke ruangan rektor yang berada di sebelah Fakultas Hukum, namun ia malah belok ke kiri menuju jembatan penghubung antara Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Hukum.
Aldafi berdecap kesal karena kecerobohannya sendiri. Ia berniat untuk pergi, namun niat itu urung saat melihat Ruri dan Okan.
“Tenang aja, serahin ke aku, dia pasti akan sangat cantik malam ini.”
Aldafi mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan Ruri. Ia berpikir apakah mereka berdua sedang membicarakan Daizy ?
“Apa urusannya sama gue ?” batin Aldafi, ia pun membalikkan badannya.
“Kencan Daizy dan Rey pasti akan berjalan dengan lancar,” ujar Okan.
“Semoga,” jawab Ruri dengan ragu.
Aldafi sempat menoleh ke belakang sebelum ia benar-benar pergi dari sana.
Sorenya, ketika Aldafi menuju parkiran, ia melihat Ruri yang sedang menarik tangan Daizy menuju taksi. Aldafi menatap taksi yang mereka tumpangi dalam diam sampai taksi itu benar-benar menghilang.
Aldafi berusaha untuk mengabaikannya dan segera menaiki motornya. Tidak seperti biasanya Aldafi melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Tanpa ia sadari tangannya terus menarik gas motor.
Sesampainya di rumah, Aldafi langsung masuk ke dalam rumahnya mengabaikan panggilan Dito. Dito pun hanya menggaruk tengkuknya heran, merasa aneh dengan sikap Aldafi karena secuek-cueknya Aldafi, dia tidak pernah mengabaikan panggilannya. Setidaknya ia akan menoleh atau melemparkan tatapan tajam.
“Kencan ?” Aldafi tersenyum miring, “Konyol !”
Aldafi menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali. Ia kembali melihat ke laptop yang menyala di depannya. Sudah beberapa kali ia mencoba untuk fokus ke tugasnya, tapi fokus itu selalu buyar.
“..., dia pasti akan cantik malam ini.”
Aldafi menggebrak meja itu dengan kuat sehingga pena yang ada di atas meja menggelinding dan jatuh ke lantai.
“Masa bodoh, mau dia cantik, jelek, jungkir balik. Gue enggak peduli !” teriak Aldafi.
“Siapa yang cantik ?”
“Bisa diem gak ?!”
“Dih, perasaan gue baru ngomong,” ujar Dito yang sedari tadi mengintip dari balik pintu kamar Aldafi. Ia pun melangkahkan kakinya menuju ke dalam, namun belum kaki Dito menginjak lantai, Aldafi sudah melarangnya untuk masuk.
“Jangan masuk !”
“Pelit amat,” cibir Dito.
“Mau apa lo ?!”
“Mama nyuruh lo beli beras, dari tadi dia teriak-teriak manggilin lo, lo-nya enggak jawab,” Dito melihat ke sekeliling Aldafi, “Padahal lagi gak pakek headphone.”
Aldafi pun menutup laptopnya dan keluar dari kamar. Ia menutup pintu dengan keras sehingga menghasilkan bunyi 'brak', lalu menguncinya.
“Buset, gue enggak minat masuk kamar lo juga,” ujar Dito kesal.
Aldafi pun turun diikuti oleh Dito di belakangnya. Setelah mendengarkan perintah ibunya, Aldafi langsung keluar dan menaiki motornya.
“Jangan ngelamun di jalan, kalau lo kecelakaan gue juga yang ribet,” ujar Dito yang masih setia mengikuti Aldafi dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Neighbor [Complete]
Romance(Tidak direvisi, banyak typo dan kadang-kadang rancu)🙏 Kisah perjuangan seorang gadis dalam menaklukkan hati tetangganya yang dingin. ~~~~~ Daizy Inara Selva adalah seorang gadis periang, pintar, aktif, namun penakut. Ia suka menolong orang dan dia...