Bab 16 Perlakuan yang Berbeda

3.1K 235 12
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading ❤️

Terik cahaya matahari pagi yang jatuh ke wajah Daizy tak membuatnya sadar dari keterkejutan. Pikirannya masih berputar mengingat masa lalu yang sangat ingin dia lupakan bersama laki-laki yang sekarang berdiri di hadapannya.

“Kak Rey,” batin Daizy, ia hampir mengeluarkan air mata.

“Gue enggak pernah suka sama lo, gue cuma ngehargai lo sebagai salah satu pengagum gue !”

Laki-laki bernama Rey itu mengibas-kibaskan tangannya di depan wajah Daizy hingga Daizy mengerjap beberapa kali. Ia langsung tersadar dan tertarik lagi ke masa sekarang.

“E-eh, i-ini laptopnya,” ujar Daizy gagap. Daizy mengalihkan pandangannya dan mengusap air mata yang dengan lancang tergenang di sana

Bukannya marah, Rey malah tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit saat melihat ujung laptopnya yang retak, membuat Daizy menelan salivanya susah payah.

“Senyum itu,” batin Daizy.

Daizy merasa gugup saat mata itu melihat lekat ke arahnya. Pandangan mata Daizy tak tentu arah karena ia bingung harus menjatuhkannya di mana.

“Biar aku servis laptopnya,” ujar Daizy sambil melihat ke laptop itu tanpa mau menatap langsung mata si pemilik laptop.

“Boleh,” jawabnya.

“Ya udah, a-aku duluan,” Daizy beranjak dari sana, namun tangannya dicegat sehingga Daizy menoleh dengan cepat.

“Ah, maaf. Lo mau ke mana ?” tanya Rey, ia langsung melepas pegangannya saat Daizy melihat tangannya yang digenggam.

“Fakultas Ilmu Budaya,” jawab Daizy yang lebih seperti gumaman.

“Kenapa bisa sampai di sini ? Di sana gedung rektorat loh ?” Rey menunjuk jalan yang ada di di belakang Daizy.

Daizy menghembuskan nafasnya agar tidak gugup dan akan berakhir mengeluarkan suara yang bergetar. Ia mengumpulkan keberaniannya menatap mata itu.

“Iya aku kesasar, tadi aku dikerjain sama mahasiswa hukum.”

“Siapa namanya ?”

“Okan Budimantara.”

Laki-laki tadi terkekeh mendengar nama yang Daizy sebut. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya.

“Dasar Okan, bisa-bisanya dia ngerjain lo. Ya udah gue anterin aja,” tawar Rey.

Daizy langsung ingat siapa Okan. Dia adalah teman baik Rey, mangkanya dia merasa tidak asing dengan nama itu. Daizy tahu semua hal tentang Rey karena dia langsung menjelma menjadi seorang detektif yang handal saat menyukai seseorang. Namun itu dulu, sebelum kejadian menyakitkan itu terjadi.

“Hey, mau ?” tawar Rey karena tidak mendapat jawaban apa-apa.

“I-iya,” jawab Daizy mengiyakan, dia takut tersesat lagi jika nekat pergi sendiri.

Rey berjalan terlebih dahulu yang langsung diikuti Daizy dari belakang. Rey berhenti, lalu menoleh dan membuat Daizy ikut berhenti.

“Jalannya di samping gue, berasa pengawal lo aja,” ujar Rey.

Daizy langsung mendekat ke arah Rey, lalu mereka berjalan berdampingan. Pohon-pohon yang menjulang tinggi menggugurkan daun-daunnya yang berwarna kuning kecokelatan kala diterpa angin ke Daizy dan Rey yang berjalan di bawahnya. Suasana tampak sangat romantis jika saja dua orang ini tidak memiliki masa lalu yang membuat mereka menjadi jauh.

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang