Bab 70 Campuss Ambassador

1.9K 184 7
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading❤️

Ruri berjalan sambil mengentakkan kakinya dengan kesal. Ia melihat ke arah Daizy yang hanya menatapnya polos, lalu memutar bola matanya.

“Kamu yakin masih mau nyamperin Kak Dafi setelah yang dia lakuin ke kamu kemarin ?!” tanya Ruri yang sudah mengetahui ceritanya dari Daizy.

“Kalau kita enggak pergi nanti Kak Rika curiga kalau ada apa-apa.”

“Lah kan emang ada apa-apa Daizy !” Ruri melihat Daizy dengan gemas sampai ingin mencakar-cakar wajah polosnya, “Walau kamu berusaha nutupin masalah, Kak Rika tetep bakalan tahu karena perlakuan Kak Dafi yang beda !”

Daizy menundukkan kepalanya dengan lesu, hatinya kembali terasa nyeri mengingat perlakuan dingin Aldafi yang sekarang sangat mengganggunya.

“Sebenarnya kenapa kamu pengen nutupin masalah ini dari Kak Rika, kamu takut dia jadi tambah deket sama Kak Dafi ?” Ruri menautkan alisnya sampai hampir menyatu.

“Hah ?”

“Kamu suka kan sama Kak Dafi ?” Ruri mendesak Daizy, “Ngaku !”

Daizy tergagap. Ia sangat bingung dengan pertanyaan Ruri ditambah desakan Ruri yang semakin memojokkan dia.

“A-aku bingung sama perasaan aku sendiri,” jawab Daizy pelan.

Ruri menghembuskan nafasnya dengan kesal sambil menepuk keningnya.

“Ya udah lah !” Ruri langsung menarik tangan Daizy tanpa aba-aba sampai Daizy hampir terjungkal.

Sesampainya di ruang latihan, Ruri langsung membuka pintu saat Daizy masih menyiapkan mental untuk bertemu Aldafi.

“Ayo !” Ruri menarik-narik tangan Daizy, namun Daizy berusaha keras untuk mencegat.

“Bentar, nyiapin mental dulu.”

“Enggak usah, ngapain nyiapin mental, nanti Kak Rika curiga !” sarkas Ruri.

Daizy menelan salivanya susah payah saat ia melihat Aldafi dan Rika di salah satu meja yang ada di sana.

Rika melambaikan tangannya ke arah mereka berdua dan Daizy hanya tersenyum kaku kepadanya. Aldafi melirik ke arah Daizy dan dengan cepat langsung mengalihkan lirikannya lagi.

“Hai kak, lagi sibuk ya ?” Ruri berbicara dengan nada geram yang tertahan saat melihat ke arah Aldafi, “Kalau ganggu kita pergi aja ya.”

“Oh enggak kok, cepet duduk, gue ambilin kopi panas dulu ya,” ujar Rika sebelum pergi dari sana.

Suasana di antara mereka menjadi mencekam. Daizy melihat ke arah Ruri yang menatap Aldafi sangat tajam seperti ingin memakannya hidup-hidup. Sedangkan yang ditatap bersikap tidak peduli.

“Kok merinding ya ?” batin Daizy

Daizy memutuskan untuk menyibukkan diri dengan handphonenya dari pada hanya diam merasakan suasana mencekam itu. Ia merogoh sakunya dan tidak menemukannya di sana. Jantung Daizy tiba-tiba berhenti sejenak. Ia langsung merogoh tasnya masih tidak menemukan handphonenya.

Daizy segera memeriksa seluruh isi tasnya bahkan membuka lembaran-lembaran bukunya karena bisa saja handphonenya terselip. Namun, handphonenya tidak ada di mana pun.

“Ruri,” Daizy mengguncang tangan Ruri yang masih sibuk mengirimkan makian lewat matanya kepada Aldafi.

“Kenapa sih ?” tanya Ruri dengan sedikit kesal.

“Handphone aku ilang,” bisik Daizy.

“Apa ?!” Ruri menggebrak meja sampai membuat Aldafi menatap tajam ke arahnya, “Kalau handphone kamu ilang, gimana dong cara ngabarin Kak Rey soal kencan ?”

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang