.
.
.
.
.
Happy Reading❤️Beberapa tumpukan buku dengan sampul warna yang berbeda-beda menemani Daizy yang sedang duduk di perpustakaan UNBA sambil menulis di lembaran-lembaran kertas kosong yang berukuran cukup besar. Daizy berhenti sejenak, tangannya terasa keram karena terlalu banyak menulis.
Semua ini disebabkan oleh sang dosen Sastra Indonesia yang terkenal killer. Dosen itu memberikan tugas menganalisis novel dengan 98 halaman sebagai hukuman karena Daizy terlambat masuk ke kelas.
Sudah dua hari Daizy berkecimpung dengan diksi-diksi dan beberapa kiasan yang belum ia pahami betul artinya, membuat kepalanya terasa sangat pening. Daizy memijit pangkal hidungnya berharap rasa pening ini segera pergi dari kepalanya agar tugasnya segera selesai.
“Ya Allah berikan hamba pertolongan.”
“Aamiin.”
Daizy langsung membuka matanya saat ada seseorang yang menjawab doanya. Kedatangan Okta dan antek-anteknya menambah rasa pening semakin menjadi-jadi. Daizy menghembuskan nafas jengah.
“Lo butuh bantuan kan ?” Okta menaikkan satu alisnya, “Biar gue tolongin.”
“Enggak usah kak, makasih,” jawab Daizy datar. Daizy segera mengemasi buku-buku yang sempat ia pinjam dan lembaran-lembaran kertas. Namun, Okta langsung mengambil lembaran-lembaran kertas itu dari tangan Daizy dengan paksa.
“Gue enggak tega lihat lo,” ujar Okta sok peduli.
Daizy berniat mengambil kertas-kertas itu, namun Rina dan Rea memegangi badannya agar Daizy tidak bisa bergerak.
Okta melihat ke arah Daizy dengan senyum sinisnya. Perasaan Daizy menjadi tidak enak, ia terus memberontak. Namun, satu lawan dua, Daizy pasti kalah tenaga.
Okta mengeluarkan botol berisi kopi, ia membuka tutupnya dan menyiramkan sisa kopi itu ke kertas Daizy. Daizy membelalakkan matanya, tubuhnya langsung lemas melihat hasil jerih payahnya selama dua hari rusak hanya dalam waktu beberapa detik.
“Ups, sorry ketumpahan,” Okta menutup mulutnya, lalu menyeringai.
Belum selesai di situ saja, Okta merobek beberapa lembar kertas yang sudah basah itu menjadi beberapa bagian. Setelah itu, ia menaruh kertas itu di hadapan Daizy.
“Sakit kan ?” tanya Okta dengan seringaian.
Daizy menatap Okta dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya. Tentu saja hati Daizy terasa sakit. Okta pun tertawa campah.
“Ini yang gue rasain saat Aldafi ngehina gue karena lo !”
Daizy tidak paham maksud Okta. Mengapa Aldafi harus menghina Okta karena dirinya ?
“M-maksudnya ?” tanya Daizy.
“Enggak usah sok bego deh lo. Lo kan yang udah ngaduin Okta kalau dia udah ngefitnah lo pulang sama Rey ?” tanya Rea.
Tanpa mereka sadari ucapan Rea membuat Daizy tahu alasan Aldafi meninggalkannya. Namun, hal ini tidak berpengaruh apa-apa, karena hubungan mereka berdua pun sudah retak.
“Kapan dia ngomongnya ?” tanya Daizy kepada Rea.
“Pas Okta minta anterin pulang,” jawab Rea yang berarti saat Okta mengatakan jika rumah Aldafi di Perumahan Edelweis.
“Rea, enggak suah ngomong yang enggak perlu !” bentak Okta. Rea langsung terdiam mendengar bentakan Okta.
Okta menarik rambut Daizy sehingga kepalanya tertarik ke belakang. Ingin sekali Daizy melawan, namun kedua tangannya di pegang dengan erat oleh Rina dan Rea.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Neighbor [Complete]
Romance(Tidak direvisi, banyak typo dan kadang-kadang rancu)🙏 Kisah perjuangan seorang gadis dalam menaklukkan hati tetangganya yang dingin. ~~~~~ Daizy Inara Selva adalah seorang gadis periang, pintar, aktif, namun penakut. Ia suka menolong orang dan dia...