Bab 76 Perempuan Gila

2.2K 186 8
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading❤️

Darah mulai mengalir dari tubuh Aldafi. Perlahan-lahan, tubuh Aldafi melemas dan dia ambruk. Jeritan para mahasiswa itu saling bersahutan, namun tidak ada yang berani untuk mendekat.

Daizy berusaha untuk mendekat ke arah Aldafi, namun Rey menahannya karena Aldafi melarangnya untuk mendekat.

“Gimana rasanya, sakit kan ?” bisik Dimas, “Meskipun gue enggak bisa nusuk tuh cewek, tapi senggaknya gue bisa nusuk lo !”

Pandangan Aldafi mulai mengabur. Ia menatap ke arah Dimas tanpa ada rasa takut sekali pun di matanya. Aldafi tersenyum senang sebelum kesadarannya benar-benar menghilang membuat Dimas merasa heran.

Suara sirene polisi dan ambulans memenuhi tempat itu sekarang. Para mahasiswa memberikan polisi-polisi itu jalan untuk mengepung Dimas, “Sialan !” umpat Dimas.

“Angkat tangan !” perintah salah seorang polisi dan Dimas mengangkat tangannya secara perlahan.

Polisi menarik paksa Dimas dan membawanya ke mobil polisi. Pandangan Daizy dan Dimas sempat bertemu saat Dimas lewat di samping Daizy. Daizy menatapnya dengan tajam dan penuh dengan kebencian.

Daizy bangun, lalu mendekat ke arah Aldafi yang tak sadarkan diri. Ia menatap wajah Aldafi dengan lekat, lalu ia membawa kepala Aldafi ke dalam pelukannya.

“Dafi bangun, kenapa kamu ngelakuin hal ini kalau kamu benci ke aku. Bangun Dafi !” ujar Daizy dengan air mata yang mengalir deras di pipinya sampai satu titik air itu jatuh ke pipi Aldafi.

“Dafi hiks, seharusnya kamu tetap membenci aku, hiks, tanpa meninggalkan setitik rasa peduli itu, hiks ?” nafas Daizy tersengal hingga ia tidak bisa bernafas dengan benar. Dadanya sungguh sesak seperti tengah ditimpa barang-barang berat.

Para petugas kesehatan datang untuk memeriksa keadaan Aldafi, mereka melihat luka tusukan itu, “Sepertinya pisau ini merobek aortanya. Cepat angkat dia !” perintah salah seorang petugas kesehatan.

Daizy semakin menangis saat mendengarnya, ia sedikit mengerti apa itu aorta. Aorta adalah arteri terbesar di tubuh yang menerima curah jantung dari ventrikel kiri dan memasok tubuh dengan darah beroksigen melalui sirkulasi sistemik. Hal ini cukup berbahaya.

Daizy hanya bisa melihat Aldafi di bawa ke dalam mobil ambulans. Di dalam hatinya, ia terus menyalahkan diri sendiri atas kejadian ini.

🍁🍁🍁

Seorang perawat yang memakai setelan putih-putih itu sedang mengobati luka di tangan Daizy yang cukup dalam. Daizy hanya diam termenung dengan pikiran yang terus berkecamuk.

“Sudah selesai,” ucap perawat itu.

“Terima kasih,” jawab Daizy pelan, ia melihat kedua telapak tangannya yang sudah di perban.

“Kamu kuat juga ya, bisa menahan pisau itu,” ujar si perawat. Daizy hanya diam, ia bingung harus menjawab apa karena fokusnya hanya tertuju ke Aldafi.

“Pasien yang tertusuk ada di mana ?” tanya Daizy.

“Dia ada ruang ICU yang ada di ujung lorong sana,” jawab perawat itu sambil menunjuk satu lorong yang ada di sebelah kanan.

“Terima kasih, saya pamit dulu,” Daizy pun pergi ke arah ruangan ICU yang ditunjuk perawat tadi. Ia berjalan dengan pelan saat melihat tulisan ‘Ruang ICU’ tertera di atas pintu.

Daizy berdiri di depan pintu dengan tubuh yang gemetaran. Air mata kembali menetes ketika mengingat Aldafi yang masih sehat-sehat saja ketika mereka melakukan sesi foto bersama.

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang