Bab 9 Cecak

3.4K 265 6
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading ❤️

Dito hanya menunjukkan deretan giginya saat Daizy menatapnya tajam. Ada rasa menyesal sudah mengatakan bahwa dia pacarnya. Siapa yang tahu kalau Dito malah terus mengungkit-ungkitnya.

“Udah cukup drama pacarannya, pusing aku berurusan sama kalian berdua !”

Daizy segera pergi dari sana, ia membuka gerbang setelah itu menutupnya dengan keras hingga mengeluarkan bunyi yang nyaring.

Kini hanya tinggal Aldafi dan Dito. Aldafi melipat kedua tangannya di depan dada sambil mengetuk-ketukkan kakinya ke tanah.

“Kenapa sih kak, enggak kayak biasanya lo nunguin gue pulang,” ujar Dito.

“Masuk !”

Aldafi masuk pergi dahulu, mau tidak mau Dito mengikutinya dari belakang. Ketika sudah sampai di halaman rumah, Aldafi berhenti lalu berbalik badan. Dito yang hanya menunduk pun kaget ketika Aldafi tiba-tiba berbalik.

“Astaga !”

“Lo buat masalah apa lagi sih, gue pusing nanganinnya !” Aldafi sangat geram.

Dito tampak sedang berpikir keras, banyak sekali masalah yang ia buat hari ini. Jadi, dia tidak tahu yang mana.

“Yang mana ?” tanya Dito dengan wajah polos.

“Sialan lo, lo minta bantuan Sari buat ngerjain tugas lo kan ?!”

“Si Sari yang nawarin bantuan, ya gue iyain lah,” jawab Dito enteng.

Aldafi memijat pangkal hidungnya karena pusing, “Tapi dia enggak bilang gitu ke orang tuanya. Tadi gue harus minta maaf ke mereka dan ngedenger semua cacian mereka !”

“Kok bisa gitu sih ?”

“Mangkanya punya tugas tuh kerjain sendiri !”

“Mama sama papa emangnya ke mana, kok lo yang nemuin mereka ?”

“Mereka pergi buat beli sapu atau apalah tadi. Pokoknya gue enggak mau tahu, enggak akan ada kayak gini yang kedua kalinya !”

Dito sempat terkejut saat Aldafi membentaknya, kalau sudah marah Aldafi sangat mengerikan seperti singa. Setelah menegaskan maksudnya, Aldafi langsung masuk ke dalam meninggalkan Dito yang terdiam.

🍁🍁🍁

Keesokan paginya, Daizy sudah bersiap-siap untuk membantu Tita membersihkan halamannya. Ia membawa celurit karena Ika memintanya untuk membawanya, katanya Tita tidak sempat membelinya kemarin.

Daizy memainkan celurit yang ia pegang, ia mengayunkannya ke depan dan ke belakang. Ia tidak melihat jika ada seseorang yang sedang berdiri di gerbang yang terbuka itu. Daizy pun kaget ia menjatuhkan celurit yang ia bawa. Untung saja tidak mengenai kaki siapa pun.

“Lo mau bunuh gue ?!”

Pagi-pagi Daizy sudah berhasil membuat Aldafi meradang. Daizy hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Maaf,” Daizy mengambil celurit yang ada di tanah.

Aldafi langsung pergi sambil membawa sapu di tangannya. Dia tadi sedang menyapu sebelum kedatangan Daizy yang tiba-tiba.

Daizy mendekat ke Tita yang baru saja keluar dari dalam rumah, ia membawa sapu lidi, pengki atau cikrak, dan gunting rumput.

“Pagi tante, ini celuritnya,” Daizy memberikan celurit itu ke Tita.

“Pagi, makasih ya sayang,” jawab Tita.

Daizy merasa senang karena dipanggil sayang, ia tersenyum dengan lebar. Dito datang sambil meregang dan menguap dengan sangat lebar. Ketika ia sadar ada Daizy, ia langsung menutup mulutnya.

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang