Bab 20 Imam

2.6K 214 7
                                    

.
.
.
.
.
Happy Reading ❤️

Daizy dan Ruri melihat ke arah Okan dengan wajah penasaran. Okan yang dilihat seperti itu pun menjadi salah tingkah. Ia mendorong kening Ruri dengan jari telunjuknya agar menjauh dari wajahnya.

“Lo mau nyium gue ya ?” pipi Okan tampak memerah.

“Dih, najis !” jawab Ruri dengan sangat mantap. Suaranya pun sangat jelas masuk ke dalam telinga Okan.

“Temen lo kalau ngomong nyelekit ya,” bisik Okan ke Daizy, tapi sayangnya telinga Ruri masih berfungsi dengan baik.

“Gue masih denger !” ujar Ruri penuh penekanan.

Okan hanya menghembuskan nafasnya, ia memutuskan untuk mengalah kepada perempuan yang kalau sudah berdebat tidak akan ada habisnya.

“Jadi, kenapa tiba-tiba mau minta maaf dengan benar ?” tanya Daizy mengulangi pertanyaannya.

“Oh iya, jadi lupa kan !” Okan melihat ke arah Ruri. Ruri berniat untuk menjawab, tapi Okan lebih dulu berbicara, “Jujur aja ya , sebenarnya Rey maksa gue minta maaf ke lo. Kalau gue enggak mau dia ngancem bakal ngaduin ke rektor kalau gue bayar joki waktu UAS.”

“Widih, sadis juga temen lo kalau ngancem ya. Tapi, gue enggak merasa tersentuh tuh, gue malah yakin kalau dia itu cemen. Soalnya dia beraninya cuma nyuruh orang buat minta maaf, sedangkan dia, nothing !” ujar Ruri dengan senyum sinis andalannya.

“Julid banget sih lo, lo enggak tahu aja kalau ....”

“Kalau apa ?! Kalau brengsek, ya brengsek aja !”

Daizy hanya diam melihat dua manusia yang sedang berdebat di hadapannya, ia sempat menahan tawanya karena merasa gemas dengan interaksi keduanya.

“Kak, ini cokelat buat kamu,” seorang gadis menjulurkan sebatang cokelat dengan pita berwarna pink di ujungnya, dia tersenyum dengan malu-malu.

“Wah makasih banyak ya ciptaan Tuhan yang indah,” laki-laki tersebut mengambil cokelat itu dengan senyum tipisnya, namun bisa dilihat dengan jelas jika matanya memancarkan kebahagiaan.

Gadis itu tersenyum dengan cantiknya, ia sangat suka dipanggil 'ciptaan Tuhan yang indah', apalagi jika itu diucapkan olehnya, sungguh membuatnya candu.

“Kakak suka ya, kalau gitu aku bakal ngasih cokelat setiap minggu ke kakak. Kalau setiap hari, uang aku enggak cukup, boleh kan ?” gadis itu menundukkan kepalanya, ia memegangi ujung roknya dengan erat.

Laki-laki itu menarik dagunya agar ia bisa melihat wajah gadis yang ada di hadapannya dengan jelas. Ia bisa melihat pipi gadis yang sekarang menatap matanya tengah memerah.

“Enggak usah, masak cowok yang dibeliin.”

“Enggak papa kak, aku mau kok,” ujar gadis itu penuh tekad.

Laki-laki itu mengelus puncak kepalanya hingga rambut gadis itu sedikit berantakan. Gadis itu tidak marah, tapi ia menyukainya.

“Terserah lo aja deh.”

“Rey, sini lo !” Okan berteriak dengan kerasnya membuat Daizy tersadar dari lamunannya. Seketika ia sadar jika sedari tadi terlalu hanyut dalam dunia nostalgia. Ia juga mengingat jika dulu Rey selalu memanggilnya dengan sebutan 'ciptaan Tuhan yang indah'.

“Kenapa dia memanggilku dengan sebutan itu lagi, mau apa dia ?” batin Daizy, matanya tengah melihat ke seseorang yang sekarang sedang berjalan ke arahnya.

“Kenapa ?” tanya Rey yang sudah ada di hadapan Okan, ia sempat melihat ke arah Daizy.

“Katanya lo cemen karena beraninya cuma nyuruh orang minta maaf, padahal lo sendiri enggak. Buktiin kalau itu salah !” ujar Okan menggebu-gebu, ia melihat ke arah Ruri dengan sorot yang tajam.

My Cold Neighbor [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang